Bisnis.com, JAKARTA - Kewajiban penerapan aspek keuangan berkelanjutan atau Environment, Social, and Governance (ESG) diyakini tidak akan membuat saham-saham emiten tambang seperti batu bara dan perkebunan seperti crude palm oil (CPO) kehilangan daya tariknya.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, daya tarik saham-saham emiten batu bara dan CPO tidak akan pudar karena kewajiban penerapan prinsip ESG.
"Emiten batu bara dan CPO tidak akan kehilangan daya tariknya sepanjang mereka patuh dan terus membaik sustainability (ESG) report alias semakin banyak SDG yang tercapai dari tahun ke tahun," katanya dihubungi Bisnis, Senin (15/11/2021).
Dia melanjutkan, perusahaan-perusahaan di pasar modal akan berusaha untuk patuh terhadap prinsip ESG, karena prinsip ini telah menjadi tuntutan global agar produk dari emiten bisa menembus ekspor.
"Dan jika dinilai baik oleh otoritas dan stakeholders, yield obligasi dan cost of equity-nya pun akan turun," ucapnya.
Sementara itu Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan, selama ini industri seperti pertambangan dianggap merusak lingkungan, karena industri ini mengharuskan perusahaan membuka lahan dan mengeruk tanah hingga ke kedalaman tertentu.
Baca Juga
"Selama belum ada energi terbarukan, pasti pilihannya masih pakai batu bara. Apakah ke depan industri pertambangan merusak lingkungan? Balik lagi ke masing-masing perusahaan," tuturnya.
Artinya, kata dia, hal ini tergantung sejauh apa perusahaan pertambangan sadar terhadap isu lingkungan. Dia mencontohkan, untuk are pertambangan yang telah habis, paling tidak ada alokasi dana untuk melakukan penghijauan kembali.
"Itu bisa juga dilakukan, sehingga memenuhi aspek ESG ke depannya. Jadi ke depan itu tidak ada anggapan lagi industri tambang merusak lingkungan" ujarnya.