Biisnis.com, JAKARTA - Emiten pengembang lahan industri PT Jababeka Tbk. membukukan pendapatan prapenjualan atau marketing sales senilai Rp981,3 miliar per September 2021.
Realisasi itu meningkat 76 persen dibandingkan marketing sales pada periode yang sama tahun lalu Rp557,4 miliar.
Sekretaris Perusahaan Jababeka Muljadi Suganda menjelaskan prapenjualan dari Cikarang berkontribusi sebesar 59 persen serta dari Kendal dan lain-lain sebesar 41 persen terhadap total marketing sales pada sembilan bulan pertama tahun ini.
“Penjualan dari produk industri (kavling atau standar bangunan pabrik) memberikan kontribusi sebesar 77 persen, sedangkan segmen residensial/komersial dan lainnya memberikan kontribusi sebesar 23 persen,” tulis Muljadi dalam siaran pers, Selasa (9/11/2021).
Kendati marketing sales emiten dengan kode saham KIJA ini meningkat hingga akhir September 2021, perseroan masih mencatatkan penurunan pendapatan pada periode tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, KIJA membukukan penjualan dan pendapatan jasa senilai Rp1,65 triliun. Realisasi itu lebih rendah 9,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp1,82 triliun.
Baca Juga
Namun, penurunan rugi selisih kurs sebesar Rp75,8 miliar membantu mengurangi rugi bersih perseroan menjadi Rp179,23 miliar dari sebelumnya Rp266 miliar.
Pada saat yang sama, marjin laba kotor konsolidasi KIJA hingga kuartal III/2021 tercatat sebesar 38 persen, turun 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya
EBITDA tercatat sebesar Rp448 miliar pada akhir kuartal III/2021 atau turun dibandingkan Rp609,5 miliar pada tahun sebelumnya.
Muljadi menjelaskan penurunan pendapatan disebabkan oleh penurunan kontribusi dari segmen properti dan pengembangan lahan. Di saat bersamaan, pendapatan dari lini recurring income yang masih bertumbuh disebut menahan laju penurunan pendapatan perseroan hingga akhir kuartal III/2021.
Adapun, pendapatan dari segmen infrastruktur yang dikelola KIJA terpantau meningkat. Pendapatan dari pembangkit tenaga listrik naik 26,10 persen menjadi Rp578,43 miliar, jasa dan pemeliharaan naik 15,16 persen menjadi Rp230,88 miliar, serta dry port naik 19,60 persen menjadi Rp129,44 miliar.