Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pan Brothers Bakal Rampungkan Restrukturisasi Utang Tahun Ini

Pan Brothers memperoleh moratorium pembayaran utang dari Pengadilan Tinggi Singapura terkait dengan beban utang yang mencapai US$309,6 juta. Utang itu terdiri dari pinjaman sindikasi dengan nilai US$138,5 juta dan obligasi US$171,1 juta.
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. /panbrotherstbk.com
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. /panbrotherstbk.com

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tekstil PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) menargetkan untuk menyelesaikan restrukturisasi utang pada tahun ini setelah digugat pada perkara penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) oleh PT Maybank Indonesia Tbk. (BNII). 

“Restrukturisasi Insya Allah selesai tahun ini dan dalam dua minggu ini akan ada rilis pers,” kata Vice CEO Pan Brothers Anne Patricia Sutan melalui pesan WhatsApp, Senin (8/11/2021). 

Langkah itu diambil seiring dengan peningkatan kinerja ekspor perusahaan menjelang akhir 2021 setelah adanya peningkatan permintaan dari pasar global. Momentum itu dinilai diperoleh setelah China mengalami krisis energi sejak paruh kedua tahun ini. 

“Memang ada kenaikan ekspor,” tuturnya. 

Adapun Pan Brothers memperoleh moratorium pembayaran utang dari Pengadilan Tinggi Singapura terkait dengan beban utang yang mencapai US$309,6 juta. Adapun utang itu terdiri dari pinjaman sindikasi dengan nilai US$138,5 juta dan obligasi US$171,1 juta. Sementara itu porsi Bank Maybank Indonesia dari keseluruhan utang tersebut sekitar 4,5 persen.

Sebelumnya, Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Elis Masitoh menuturkan adanya proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) di sejumlah emiten tekstil besar dalam negeri seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) dan Pan Brothers tidak berpengaruh negatif pada kinerja industri. 

“Adanya permasalahan dari beberapa emiten besar garmen tidak mempengaruhi kinerja ekspornya karena memang tidak terkait dengan produksi emiten-emiten tersebut, masih tetap beroperasi seperti sedia kala,” kata Elis melalui pesan WhatsApp, Senin (8/11/2021). 

Malahan, kata Elis, dua emiten tekstil itu sudah mencatatkan permintaan dari importir hingga tahun 2023. Di sisi lain, dia menambahkan, kedua emiten itu bakal menyerap 4.000 orang tenaga kerja untuk memenuhi permintaan importir tersebut. 

“Saat ini selain kedua emiten tersebut beberapa industri garmen orientasi ekspor juga tengah mengalami peningkatan order buyer sampai tahun 2023,” kata dia. 

Berdasarkan data milik Kemenperin, volume ekspor produk tekstil dengan kode HS 61 mencapai 185,69 ton hingga triwulan ketiga tahun ini. Pencatatan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan tahun lalu yang sebesar 169,14 ton. Adapun nilai ekspor produk tekstil itu mencapai US$3,08 miliar.  

Sementara untuk kode HS 62 yang merupakan pakaian atau aksesoris pakaian bukan rajutan, volume ekspor hingga triwulan ketiga 2021 mencapai 121,09 ton. Volume itu lebih rendah jika dibandingkan dengan torehan pada triwulan ketiga tahun lalu yang berada di posisi 125,52 ton. Adapun nilai ekspor produk tekstil berkode HS 62 itu mencapai US$2,93 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper