Bisnis.com, JAKARTA – Rencana tapering yang dijadwalkan mulai pada November mendatang akan menimbulkan efek negatif terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia. Kendati demikian, dampak negatif tersebut diyakini hanya bersifat temporer.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, memaparkan isu tapering yang kembali mengemuka diprediksi akan kembali menekan pasar SUN Indonesia di sisa tahun ini.
Ia mengatakan hal ini terlihat dari pergerakan yield atau imbal hasil SUN Indonesia yang sempat menunjukkan tren koreksi beberapa waktu yang lalu sebelum kembali positif.
Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,23 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat menguat 5,5 basis poin.
Menurutnya, tren pelemahan tersebut akan kembali terjadi hingga akhir tahun seiring dengan dimulainya tapering bulan November mendatang.
Ia menjelaskan, program tapering yang dilaksanakan The Fed akan memicu investor untuk beralih ke pasar AS dari emerging market seperti Indonesia. Akibatnya, pasar obligasi Indonesia akan kembali merasakan capital outflow meski tidak setinggi pada masa awal pandemi virus corona.
Baca Juga
Aliran dana yang keluar tersebut, lanjutnya, akan membuat investor domestik cenderung lebih waspada. Akibatnya, tingkat likuiditas di pasar SUN Indonesia akan ikut tergerus.
“Pasar SUN kita saat ini masih ditopang oleh investor domestik karena tingkat kepemilikan asing yang belum pulih. Kalau para investor domestik lebih wait and see, maka likuiditasnya akan turun yang akan berdampak juga pada pelemahan yield,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (26/10/2021).
Meski demikian, Ramdhan menilai pelemahan yang terjadi pada pasar SUN Indonesia akan cenderung terbatas. Hal ini seiring dengan kondisi pasar SUN domestik yang masih didominasi oleh investor dalam negeri.
Selain itu, sentimen tapering juga dinilai sudah cukup diperhitungkan pasar sejak awal tahun ini. Sehingga, dampak isu ini terhadap kondisi pasar obligasi Indonesia hanya bersifat temporer.
“Setelah tapering mereda, pasar akan mencari sentimen-sentimen lain yang signifikan,” katanya.
Ramdhan memprediksi, imbal hasil SUN Indonesia seri 10 tahun akan bergerak pada rentang 6,3 persen sampai 6,6 persen di sisa tahun 2021.
Sementara itu, Ramdhan mengatakan minat investor terhadap surat utang pemerintah Indonesia pada hari ini cenderung baik. Hal ini seiring dengan tren perbaikan imbal hasil SUN Indonesia selama beberapa pekan terakhir kembali menguat pada lelang besok.
Ia mengatakan, tren positif ini terjadi ditengah isu tapering The Fed yang mulai kembali mengemuka. Ramdhan memaparkan, indikasi terjadinya tapering The Fed pada November mendatang turut menekan minat investor pada lelang kali ini.
“Likuiditas pasar dalam negeri menjadi penopang SUN Indonesia tetap optimal sejauh ini. Pada lelang hari ini, investor domestik juga masih berperan dominan, terutama pada sektor perbankan,” ujarnya.