Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelita Samudera Shipping Tbk. (PSSI) memproyeksikan pendapatan tahun penuh 2021 akan melejit seiring terkereknya harga Komoditas global. Kini perseroan pun bersiap melakukan strategi diversifikasi muatan Kargo.
Sekretaris Perusahaan Pelita Samudera Shipping Imelda Agustina Kiagoes mengungkapkan kinerja keuangan emiten berkode PSSI ini melejit sepanjang tahun ini.
"Di tengah situasi pandemi Covid-19, PSSI tetap menunjukkan hasil yang positif dibandingkan 2020. Target pendapatan 2021 sebesar US$97,8 juta [setara Rp1,38 triliun dengan kurs Rp14.200], jumlah tersebut naik 43 persen dibandingkan dengan pendapatan 2020 yang sebesar US$68,4 juta," urainya dalam paparan publik, Rabu (20/10/2021).
Sepanjang 6 bulan pertama 2021, Pelita Samudera Shipping membukukan Pendapatan Usaha (revenue) sebesar US$45,7 juta, meningkat 29 persen atau US$10,1 juta dari US$35,5 juta pada periode yang sama tahun 2020.
Laba bersih periode berjalan meningkat menjadi US$7,2 juta, naik 149 persen atau US$4,3 juta, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,9 juta.
Segmen Kapal Curah Besar (Mother Vessel) menyumbang laba US$3,5 juta, diikuti segmen Fasilitas Muatan Apung, Floating Loading Facility (FLF/FC) dengan US$2,4 juta, dan segmen kapal tunda dan tongkang (TNB) dengan US$1,3 juta.
Baca Juga
EBITDA hingga akhir Juni 2021 tercatat US$16,5 juta, naik 33 persen dari US$12,4 juta pada Semester I/2020.
Dia menyebut utilisasi aset hingga 90 persen membuat laba perseroan menjadi lebih maksimal. Selain itu, perseroan juga beroperasi dengan 90 persen kontrak jangka panjang, sehingga pendapatannya lebih stabil.
Perseroan juga mulai melakukan diversifikasi kargo yang diangkutnya. Per tahun 2021 ini, perseroan menargetkan 29 persen angkutan non batu bara dengan rincian dari MV sebesar 17 persen dan T&B sebesar 12 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan 2020 yang hanya mengangkut 10 persen kargo non batu bara.
Secara bertahap hingga 2025, PSSI menargetkan terjadi diversifikasi pengangkutan barang di luar batu bara menjadi lebih seimbang dengan kontribusi terhadap pendapatan menjadi 50:50.
Di sisi lain, prospek industri komoditas tengah cerah, karena batu bara yang lebih ekonomis menjadi pilihan di negara China dan India sebagai pembangkit listrik dan energi.
Permintaan ekspor batu bara dari Indonesia diperkirakan akan meningkat terutama pada musim dingin sejalan upaya pemerintah guna memenuhi target ekspor kuartal terakhir 2021 dan juga untuk meningkatkan kebutuhan batu bara nasional atau domestic market obligation (DMO).
"Terbuka peluang yang besar untuk PSS di sektor pengangkutan batubara domestik dan internasional," urainya.
Direktur Utama Pelita Samudera Shipping Iriawan Ibarat juga mengungkapkan ekspansi diversifikasi kargo Batubara dan non Batubara terus dilakukan melalui sejumlah langkah seperti JV untuk MV Kontrak Jangka Panjang dan memperluas penetrasi pasar internasional.
"Pemisahan atau spin off MV dari induk usaha akan meningkatkan dividen kepada pemegang saham. Perseroan juga akan melakukan peremajaan aset dengan mendivestasi aset lama 3--5 unit per tahun," urainya.
Perseroan juga baru saja melakuakn investasi aset baru 1 unit FLF/FC dan 6 set TNB. Kemudian, menargetkan Tongkang ukuran 330ft atau lebih besar untuk memenuhi pangsa pasar.
Perseroan juga meringankan beban aset dengan melakukan penyewaan tambahan aset TNB untuk memenuhi kebutuhan volume dan time charter dengan operator FLF/FC untuk memenuhi kontrak dan target pertumbuhan volume.
"Sebanyak 20 persen armada kami sudah mulai memasuki bisnis nikel dan bauksit sehingga perusahaan kami diharapkan dapat lebih berkelanjutan," katanya.
Direktur Pelita Samudera Shipping Herry Tjhen juga menyebut karena banyaknya kontrak jangka panjang dipastikan utilisasi armadanya aman hingga 2023. Selanjutnya, perseroan juga akan menambah 3--5 set TnB pada 2022 dengan anggaran belanja modal berkisar US$20 juta--US$30 juta.
"Saat ini kontrak PSS selalu perpanjang dan pada kuartal IV/2021 akan ada kontrak baru. Sementara, bisnis pada 2022 akan lebih stabil dibandingkan dengan 2021, karena selain batu bara, PSS sudah mulai memasuki bisnis nikel dan bauksit," ujarnya.