Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom mengungkapkan pergerakan mata uang rupiah pada hari ini, Selasa (19/10/2021) berkaitan dengan melemahnya yield US Treasury.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda pada hari ini ditutup menguat 0,24 persen atau 34 poin ke posisi Rp14.076 per dolar AS.
Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan yield US Treasury tersebut dipengaruhi oleh data produksi industri yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
“Pada hari ini, rupiah mengalami penguatan sebesar 0,24 persen akibat penurunan yield US Treasury di sesi perdagangan Asia,” ungkap Josua kepada Bisnis, Selasa (19/10/2021).
Dia menyampaikan, data Industrial Production Amerika Serikat tercatat sebesar -1,3 persen, di mana angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar -0,1 persen.
Menurut Josua, rilis data tersebut mendorong penurunan ekspektasi inflasi AS, yang kemudian mendorong penurunan tren yield US Treasury.
Baca Juga
Sementara itu, pada hari Kamis (21/10/2021) mendatang, Josua mengungkapkan pergerakan rupiah akan didominasi oleh sentimen inflasi AS, terutama dari sisi harga komoditas global.
“Kami perkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 - Rp14.150 di hari Kamis besok,” papar Josua.