Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka stagnan pada awal perdagangan Rabu (13/10/2021) di tengah indeks dolar AS yang mengalami koreksi.
Berdasarkan data Bloomberg, pukul 09.06 WIB, rupiah stagnan di posisi Rp14.217,5 per dolar AS. Indeks dolar AS turun 0,16 persen ke level 94,363.
Sebelumnya, Direktur Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, saat ini investor tengah memantau komentar dari Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang akan dirilis hari ini, dan risalah dari pertemuan terbaru The Fed, yang akan dirilis pada Rabu.
“Apa yang kami lihat di pasar mata uang adalah kombinasi dari prospek Federal Reserve atas kemungkinan pengumuman tapering pada November, dan reli harga komoditas belakangan ini," tulis Ibrahim mengutip ekonom senior di Commonwealth Bank of Australia Kim Mundy, Selasa (12/10/2021).
Melonjaknya harga energi, dan dampak inflasinya, juga membuat Federal Reserve AS kemungkinan akan memulai pengurangan aset seperti yang direncanakan pada November 2021 dan menaikkan suku bunga pada 2022, meskipun laporan pekerjaan AS pada Jumat lalu mengecewakan.
Sementara itu, dari sisi internal, adanya program pengampunan pajak atau tax amnesty jilid kedua akan digelar lagi. Ketentuan itu seiring dengan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) yang telah diresmikan oleh Pemerintah dan DPR RI.
Baca Juga
Tax amnesty jilid kedua ini akan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk mengungkapkan secara sukarela atas harta yang belum dilaporkan dalam program pengampunan pajak 2016-2017 maupun dalam SPT Tahunan 2020.
Program ini juga bertujuan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak dan diselenggarakan berdasarkan asas kesederhanaan, kepastian hukum, serta kemanfaatan. Hal ini berpotensi membawa rupiah menguat.