Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Melonjak, Wall Street Ikut Menghijau

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,39 persen ke level 34.882,95 pada awal perdagangan, setelah dibuka melemah di level 34.723,79.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berfluktuasi pada awal perdagangan hari ini, Senin (11/10/2021) di tengah lonjakan harga komoditas dan perdebatan intensif mengenai apakah tekanan inflasi akan membatasi pemulihan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,39 persen ke level 34.882,95 pada awal perdagangan, setelah dibuka melemah di level 34.723,79. Sementara itu, indeks S&P 500 menguat 0,34 persen ke 4.406,77 dan Nasdaq menguat 0,32 persen ke 14.626,19. Keduanya juga dibuka di zona merah.

Penguatan Wall Street terjadi di tengah lonjakan harga sejumlah komoditas. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir dan batu bara berjangka China mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.

Sementara itu, aluminium melonjak ke level tertinggi sejak Juli 2008 karena krisis listrik yang semakin dalam menekan pasokan logam padat energi yang digunakan dalam segala hal, mulai dari kaleng bir hingga iPhone.

Kekhawatiran atas lonjakan harga komoditas dan pemulihan pasca-pandemi yang sekarang melewati puncaknya menyeret patokan ekuitas AS 5 persen di bawah rekor tertinggi bulan September pekan lalu.

Hambatan pasokan yang terus-menerus juga menimbulkan keraguan tentang apakah valuasi saham dapat naik lebih jauh. Meskipun kekhawatiran akan stagflasi mungkin meningkat, sejumlah analis di beberapa bank terbesar di Wall Street mengatakan ini saat yang tepat untuk membeli saham ketika turun.

“Lonjakan harga energi akan memperlambat pertumbuhan, tetapi dalam pandangan kami tidak cukup untuk menyebabkan resesi,” tulis analis UBS Global Wealth Management yang dipimpin oleh Mark Haefele, dilansir Bloomberg, Senin (11/10/2021.

"Harga energi kemungkinan akan stabil atau moderat hingga tahun depan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper