Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang terjadi satu setengah tahun terakhir berimbas perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor merasakan imbasnya, terlebih lagi para pelaku UMKM di kota-kota kecil. Data Bank Indonesia pada Maret lalu menunjukkan bahwa 87,5% UMKM terdampak pandemi Covid-19. Sekitar 93,2% terdampak negatif di sisi penjualan.
Adapun sektor UMKM yang paling terdampak adalah usaha makanan dan minuman, perdagangan besar dan eceran. Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil menengah Bidang Hukum, Pengawasan Koperasi dan Pembiayaan Agus Santoso pernah menyatakan bahwa penurunan aktivitas UMKM menyebabkan 40,92% pedagang besar maupun eceran terdampak. Penyedia akomodasi dan makanan minuman 26,86% dan industri pengolahan 14,25%
Data lainnya menunjukkan dari total UMKM yang ada di Indonesia, 35,88 persen UMKM yang terdampak adalah UMKM akomodasi dan makan-minuman, disusul UMKM perdagangan besar dan eceran seperti reparasi dan perawatan mobil sebanyak 25,33 persen, dan industri pengolahan sebanyak 17,8 persen.
Agus Santoso mengakui bahwa kurangnya pengetahuan dan akses digital terhadap UMKM di kota-kota kecil menjadi tantangan besar bagi UMKM untuk bertahan dan meningkatkan usaha. Oleh karena itu, perlu pendukung terutama dari teknologi yang dapat membantu UMKM bertumbuh.
Berdasarkan riset oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) , sepanjang tahun 2020, terdapat dua masalah utama yang dihadapi oleh UMKM yang terdampak pandemi, yaitu masalah keuangan dan pasokan atau permintaan. Selain dari minimnya fasilitas operasional, sumber daya, dan pendanaan, UMKM juga masih kurang menguasai platform digital.
Penelitian lainnya dari Kearney menunjukkan bahwa Lebih dari 80% masyarakat di kota-kota provinsi dan kabupaten kurang memahami platform digital. Bisnis UMKM biasanya dijalankan oleh satu orang yang lebih berumur tua dan cenderung skeptis terhadap teknologi, sehingga lambat dalam mengadopsi layanan digital.
Hal ini menimbulkan kerugian bagi UMKM, terutama ketika pembatasan mobilitas diberlakukan dan masyarakat beralih dari toko fisik ke e-commerce atau platform digital. Hal ini sejalan dengan data East Ventures Digital Competitiveness Index 2021, yang menyataka daya saing digital cenderung didominasi oleh provinsi besar yang umumnya berlokasi di Jawa. Daerah seperti Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan cenderung berada di posisi yang lebih bawah.
Selain persoalan literasi digital, koneksi internet yang belum merata juga menjadi kendala lainnya. Menteri Airlangga Hartarto dalam East Ventures Digital Competitiveness Index 2021 menyatakan bahwa Indonesia masih kekurangan konektivitas antar pulau untuk mempercepat adopsi ekonomi digital. Pemerintah, tuturnya, tengah mendorong proyek satelit Palapa Ring dan teknologi serat optik. Beliau juga menambahkan bahwa tantangan kedua adalah daerah terluar, terdepan dan tertinggal, sehingga daerah ini harus ditangani secara khusus agar secara digital tidak ketinggalan.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2019-2020 (sampai kuartal II) menunjukkan bahwa kontribusi penetrasi internet per wilayah dari total penetrasi kurun waktu tersebut masih didominasi Jawa dan Maluku serta Papua berada di posisi terakhir. Adapun kontribusi penetrasi daerah lain yakni Riau 1,6%, Jawa Tengah 10,6%, Jawa Timur 9,7%, NTT 1,2%, Sulawesi Selatan 2,1%.
Persoalan lainnya yang menghambat pertumbuhan inklusif UMKM adalah biaya pengiriman. Kita tengok data East Ventures Digital Competitiveness Index 2021, fasilitas logistik yang sudah semakin maju memberikan dampak positif bagi bangsa pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh mereka yang sudah merasakan manfaat dari menggunakan layanan pengantaran seperti GrabExpress.
Jessyca Putri Maslie yang sudah 16 tahun berjualan di Pasar Poris Tangerang, merasakan adanya penurunan semenjak pandemi. Ketika ia menggunakan GrabExpress, pelanggan bisa pesan kapan aja, dan siap diantar pakai GrabExpress. Meskipun beberapa pasar sudah mulai buka, Jessyca tetap menggunakan layanan online. Dia mengaku, penggunaan teknologi meningkatkan pendapatan hingga tiga kali lipat.
Contoh itu menunjukkan bahwa platform digital bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan bisnis sekaligus mematahkan persepsi mengenai kesuksesan berbisnis hanya bisa diraih jika dilakukan di kota-kota besar. Padahal dengan memanfaatkan platform digital, UMKM dapat mengembangkan bisnis di daerahnya masing-masing, meningkatkan perekonomian daerah serta melestarikan produk unggulan daerah.
Dengan platform digital UMKM menjangkau konsumen yang lebih besar dan lebih luas. Misalkan pedagang sei sapi di sebuah pasar di Kota Kupang memanfaatkan digital platform untuk menjajakan dagangan, tentu bisa menjangkau pembeli dari luar Kupang bahkan hingga ke penjuru Indonesia. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang besar, mulai dari efisiensi biaya hingga omset yang lebih besar.
Dengan demikian, konsumen, khususnya di wilayah lain termasuk di kota-kota besar juga merasakan manfaatnya dan tidak perlu jauh-jauh datang ke Kupang untuk bisa menikmati kuliner sei sapi yang otentik.
Mari kita intip lebih jauh potret UMKM di kota-kota tier 2 dan 3 yang mayoritas berada di luar Jawa. Berdasarkan data Kemenkop UKM ada sekian jumlah UMKM yang terdaftar yakni Kabupaten Kupang 44.639 UMKM, Kabupaten Gowa, 937, Kota Pekanbaru 105.445, Kabupaten Malang: 417.373, dan Kota Surakarta 82.531 pelaku usaha. Daerah-daerah ini juga telah mencatatkan kinerja yang bertumbuh dalam setahun terakhir yang ini didorong oleh dukungan pemerintah nasional maupun lokal untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat, mulai dari dukungan untuk UMKM, pendampingan untuk transformasi digital serta vaksinasi untuk UMKM.
Dengan hasil tersebut, seharusnya kota-kota kecil ini juga bisa lebih maju dan dikenal lebih luas sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Laporan perekonomian provinsi dari Bank Indonesia yang dirilis Agustus 2021 menunjukkan Nusa Tenggara Timur, pertumbuhan ekonomi pada 2021 diperkirakan tumbuh positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja baik ini ditopang oleh peningkatan investasi dan perbaikan kinerja konsumsi masyarakat.
Detailnya,kinerja perekonomian triwulan II 2021, tumbuh 4,22% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,12% (yoy). Dari sisi lapangan usaha (LU), sebagian besar mengalami perbaikan ekonomi terutama LU utama seperti Perdagangan Besar dan Eceran, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta Konstruksi.
Sementara itu, di Sulawesi Selatan ekonomi diperkirakan tetap tumbuh positif pada triwulan III 2021 meski relatif lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu faktor yang memicu perlambatan adalah penerapan PPKM untuk memutus rantai penyebaran pandemi. Perekonomian provinsi itu pada triwulan II tumbuh signifikan sebesar 7,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang tercatat kontraksi 0,21% (yoy).
Perbaikan ekonomi terutama ditopang oleh konsumsi domestik yang rebound seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Dengan berbagai stimulus yang diberikan pemerintah, sektor UMKM menjadi salah satu sektor yang tahan terhadap goncangan selama masa pandemi.
Riau mengalami pertumbuhan di triwulan II 2021 hingga 5,13% (yoy), jauh di atas triwulan sebelumnya sebesar 0,41% (yoy). Pelaksanaan program vaksinasi, pelonggaran kegiatan sosial, dan insentif yang diperoleh dari peningkatan harga CPO telah mampu mendorong daya beli dan konsumsi rumah tangga yang umumnya berstatus sebagai petani sawit.
Tingginya permintaan global terhadap komoditas utama meningkatkan ekspektasi industri terhadap kondisi perekonomian terutama di Riau. Kondisi ini meyakinkan pelaku industri untuk mengakses pembiayaan, khususnya pembiayaan perbankan (kredit usaha, akses keuangan untuk UMKM)
Sedangkan Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2021 tumbuh 7,05% (yoy), melanjutkan tren perbaikan dari triwulan sebelumnya (-0,44%, yoy). Perbaikan kinerja dari sisi permintaan terutama didorong oleh peningkatan konsumsi Rumah Tangga (RT), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengindikasikan kinerja investasi, serta kinerja perdagangan, baik antardaerah maupun luar negeri. Akselerasi konsumsi RT terutama ditopang oleh percepatan vaksinasi Covid-19.
Adapun Kinerja lapangan usaha utama Jawa Timur, yakni Industri Pengolahan, Perdagangan, Konstruksi, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum turut mencatatkan perbaikan kinerja pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Tetangganya, Jawa Tengah mengalami pertumbuhan perekonomian pada Triwulan II 2021 tumbuh 5,66% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,84% (yoy). Sektor perdagangan tumbuh 12,68% (yoy) menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada tw II 2021 (1,77%)
Di provinsi ini, UMKM merupakan tulang punggung bagi perekonomian yang menghasilkan 60% dari PDB lokal. Upaya terbaik sangat penting untuk membantu UMKM bertahan di masa pandemi. Kementerian Koperasi dan UMKM Indonesia melaporkan bahwa 99,99% bisnis di Indonesia adalah UMKM, dengan total 64 juta unit. UMKM menyerap hingga 97% tenaga kerja, sementara perusahaan besar menyerap sekitar 3%.
Dengan mengintip data-data itu, peran swasta dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengatasi tantangan UMKM khususnya di kota-kota kecil. Grab dan Emtek Group yang mengumumkan kolaborasi strategisnya di bulan Juli yang lalu telah mengumumkan komitmennya untuk bisa mendukung UMKM di kota-kota kecil dan kabupaten di Indonesia.
Selain bentuk pendampingan, UMKM juga turut didorong untuk melakukan digitalisasi agar dapat memperoleh manfaat dari ekonomi digital. Upaya ini sejalan dengan Pemerintah yang juga mencanangkan program digitalisasi dengan target sebanyak 30 juta pelaku UMKM masuk dalam ekosistem digital pada 2024. Melalui program tersebut UMKM di kota-kota kecil diharapkan dapat meningkatkan skala bisnis dan menjangkau konsumen yang lebih banyak dan luas.