Bisnis.com, JAKARTA – PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) memanggil para pemegang saham untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
EMTK berencana melakukan RUPSLB pada Selasa, 26 Oktober 2021, pukul 14.00 WIB – selesai. Rapat akan bertempat di Studio SCTV, Lantai 8, SCTV Tower – Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot. 19, Jakarta 10270, Indonesia.
Emiten keluarga Sariaatmadja itu berencana mengadakan rapat dengan mata acara meminta persetujuan perubahan pada susunan anggota Dewan Komisaris perseroan. Pemegang saham perseroan yang berhak hadir atau diwakili dalam rapat dan mengeluarkan suara adalah yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada hari Jumat, 01 Oktober 2021 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Sebelumnya, EMTK mencetak laba bersih sebesar Rp264,58 miliar pada semester I/2021.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, unit usaha Keluarga Sariatmadja itu mampu memperoleh kinerja yang cemerlang. Pasalnya, pada semester I tahun lalu EMTK membukukan rugi bersih sebanyak Rp210,44 miliar.
Dengan demikian posisi kerugian tahun lalu telah disapu bersih dengan tambahan sekitar Rp54 miliar. Adapun cemerlangnya kinerja EMTK tidak lepas dari kenaikan top line atau pendapatan perseroan.
Baca Juga
Sampai dengan Juni 2021, perseroan mencetak pendapatan sebesar Rp6,44 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,56 persen bila dibandingkan dengan pendapatan periode tahun sebelumnya Rp5,3 triliun.
Adapun segmen yang menopang pertumbuhan pendapatan adalah iklan dan jasa kesehatan. Periode ini, segmen iklan memperoleh Rp2,58 triliun naik 17,8 persen year-on-year (yoy). PT Wira Pamungkas Parawira menjadi pelanggan segmen pendapatan iklan lebih dari 10 persen.
Dalam laporan keuangan perusahaan itu menyumbang penjualan hingga Rp719,56 miliar atau 11,16 persen segmen iklan. Jumlah itu naik dibandingkan tahun lalu sebesar Rp556,35 miliar.
Sementara segmen jasa kesehatan sebesar Rp767,97 miliar atau naik 625 persen (yoy). Di sisi lain, segmen penjualan barang yang menjadi kontributor penjualan terbesar justru tergelincir 4,81 persen ke posisi Rp2,6 triliun.