Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sukses menuntaskan aksi rights issue yang diintensikan sebagai jalan untuk membentuk Holding BUMN Ultra Mikro (UMi). Total transaksi dalam aksi korporasi itu mencapai Rp95,9 triliun dan menempatkannya sebagai rights issue terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Aksi penambahan modal melalui emisi saham baru dengan memberikan hak untuk memesan efek terlebih dahulu (HMETD) tersebut bahkan mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 1,53%. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, mengatakan bahwa aksi korporasi emiten dengan kode saham BBRI itu menempati peringkat ketiga di Asia dan masuk tujuh besar di seluruh dunia sejak 2009.
Berita mengenai suksesnya BBRI menggelar rights issue menjadi salah satu berita pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain berita dari sektor finansial, redaksi Bisnisindonesia.id juga menyajikan beragam berita terkait ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik.
Berikut intisari dari setiap berita pilihan:
1. Membangun Asa Pasar Modal Indonesia Menuju Nomor Satu di ASEAN
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pasar modal Indonesia harus terus dikembangkan untuk semakin terlibat dalam pertumbuhan ekonomi negara.
“Pasar modal kita ini sangat besar dan tidak banyak negara yang memiliki posisi seperti kita. Aset pasar kita adalah aset yang mahal dan tidak sekedar diperdagangkan banyak pihak,” jelasnya dalam Seremoni Right Issue BRI, Rabu (29/9).
Ia melanjutkan, Kementerian BUMN dengan Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akan terus berkolaborasi untuk mendorong perkembangan pasar modal dalam negeri. Dengan kerja sama yang optimal, dia yakin bursa Indonesia dapat menjadi pasar modal nomor 1 di wilayah Asia Tenggara.
Apalagi pasar modal dalam negeri memiliki potensi yang cukup besar dengan pertumbuhan investor domestik yang sangat pesat tahun ini. Sepanjang periode pandemi, jumlah investor di pasar modal Indonesia bertambah 2,3 juta single investor identification (SID) menjadi 6,1 juta.
Seiring dengan itu, aktivitas transaksi harian di BEI pun meningkat signifikan. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saat ini berkisar pada Rp13 triliun, jauh lebih tinggi dari target awal BEI yakni hanya Rp8,5 triliun. Tahun depan, RNTH ditargetkan Rp13,5 triliun.
Tingginya jumlah investor ini berpotensi terus bertumbuh di masa mendatang dan makin meramaikan aktivitas transaksi di pasar modal. Seiring dengan itu, minat perusahaan untuk menjajaki peluang penggalangan dana di pasar modal pun akan turut meningkat.
Sepanjang tahun ini hingga 16 September 2021, tercatat sudah ada 38 emiten baru di BEI dengan nilai penggalangan dana sebesar Rp32,14 triliun. Capaian tersebut merupakan nilai initial public offering (IPO) tahunan terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia, padahal tahun ini belum berakhir.
2. Kebanggaan Besar di Balik Sukses Rights Issue BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sukses menuntaskan aksi rights issue yang diintensikan sebagai jalan untuk membentuk Holding BUMN Ultra Mikro (UMi). Total dana yang berhasil dihimpun dari aksi korporasi itu mencapai Rp95,9 triliun.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, mengatakan rights issue BRI ini merupakan hal yang membanggankan mengingat kondisi pandemi saat ini. Keberhasilan emiten dengan kode BBRI itu juga menjadi bukti bahwa investor asing masih percaya akan prospek ekonomi di Indonesia saat ini.
“Antusiasme yang sangat tinggi dari para investor baik asing maupun lokal [saat rights issue BRI] merupakan bukti bahwa dunia luar masih percaya akan prospek ekonomi Indonesia saat ini dan di masa depan,” katanya.
Hal senada pun diucapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Menurutnya, rights issue BBRI yang menjadi bagian dari Holding Ultra Mikro merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki pasar yang besar. Sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terus berlangsung.
"Tidak banyak negara punya posisi kaya kita," ujar Erick pada kesempatan yang sama.
3. Maskapai Bersiap Mengudara Lagi
Maskapai penerbangan nasional bersiap menormalisasi bertahap operasinya, memanfaatkan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan pembukaan kembali pariwisata Bali mulai Oktober.
Airasia Indonesia, misalnya, akan kembali menerbangi dua rute setelah menghentikan layanan selama lebih dari dua bulan. Rute Jakarta–Kuala Lumpur akan dibuka lagi mulai 2 Oktober dengan frekuensi penerbangan dua kali dalam sepekan. Sementara itu, rute Jakarta–Bali bakal kembali diterbangi mulai 14 Oktober dengan frekuensi empat kali dalam sepekan.
Sementara itu, maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. ingin menambah frekuensi penerbangan ke Bali sejalan dengan rencana pembukaan pariwisata di Pulau Dewata mulai bulan depan. Namun, keinginan itu belum matang karena perusahaan masih berkonsentrasi menambah frekuensi penerbangan ke Papua untuk melayani peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XX hingga medio Oktober.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017). - Bisnis/Dedi Gunawan\\n
4. Pasar Perhotelan hanya Dalam Mode Tidur, Investor Harus Bersiap
Pasar perhotelan di Indonesia terus bersiap menyambut era kenormalan baru. Menurut Satria Wei, direktur konsultan properti Colliers Indonesia, kondisi industri perhotelan sejak akhir 2020 mulai membaik karena pemerintah membuka akses perjalanan, meski hanya untuk pasar domestik.
Namun, pasar perhotelan terpaksa kembali "tertidur" sejak kuartal I 2021 akibat peningkatan peningkatan besar kasus positif Covid-19 pada kuartal II tahun ini. Meski begitu, dia menilai industri perhotelan bakal tumbuh lebih baik di sisa tahun ini. Salah satu indikatornya yaitu tingkat hunian daerah di Bali telah meningkat dari satu digit menjadi sekitar 20%.
Selain itu, Satria mengutarakan pula bahwa akan muncul tren "wisata balas dendam" setelah situasi membaik dan pemerintah memutuskan membuka Indonesia untuk turis asing.“Wisata balas dendam” berarti akan ada permintaan perjalanan yang tinggi, di mana permintaan selama ini belum tersalurkan karena kebijakan pemerintah dan keamanan.
Pasar akan dibanjiri konsumen saat pintu wisata dibuka. Meskipun penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak bisa diartikan sebagai kebebasan.
5. Prospek Cerah Penjualan Reksa Dana Melalui Agen Digital
Perkembangan teknologi digital begitu pesat di era pandemi Covid-19. Hal itu pun dimanfaatkan oleh manajer investasi untuk meningkatkan penjualan reksa dana melalui saluran digital.
Di sisi lain, penjualan reksa dana melalui Agen Penjual Reksa Dana atau APERD berpotensi terus meningkat. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra, yang menyebut penjualan reksa dana Pinnacle melalui APERD menunjukkan tren pertumbuhan meski jumlahnya belum signifikan.
Adapun potensi kenaikan penjualan reksa dana melalui APERD terus ditopang oleh platform e-commerce dan e-wallet sebagai gerai penjualan reksa dana. Setidaknya ada dua platform e-commerce dan dua e-wallet yang bekerja sama dengan APERD untuk penjualan reksa dana.
Bukalapak melalui BukaReksa, Tokopedia melalui Tokopedia Reksa Dana, dan OVO melalui fitur Invest menjadi perpanjangan tangan PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa). Sedangkan LinkAja digandeng oleh PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit).
Berita dan data selengkapnya terkait Top 5 News di atas dapat dibaca dalam situs bisnisindonesia.co.id. Selamat membaca!