Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Gelisah Soal Tapering, Dolar AS Makin Perkasa di Asia

Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah melonjak, dengan suku bunga acuan 10 tahun naik 25 basis poin dalam lima sesi menjadi 1,5548 persen karena tapering Fed diperkirakan sebelum akhir tahun dan inflasi mulai terlihat lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar dolar AS atau greenback mendekati level tertinggi tahun ini di perdagangan Asia pada Rabu (29/9/2021) pagi, setelah didorong kenaikan imbal hasil US Treasury.

Dolar AS juga diuntungkan dari kegelisahan investor tentang Federal Reserve yang mulai menarik dukungan kebijakannya ketika pertumbuhan global menghadapi sejumlah tantangan.

Indeks dolar tercatat menyentuh ke level tertinggi 11-bulan di 93,805. Indeks berada sedikit di bawah level itu di awal sesi Asia di 92,728.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah melonjak, dengan suku bunga acuan 10 tahun naik 25 basis poin dalam lima sesi menjadi 1,5548 persen karena tapering Fed diperkirakan sebelum akhir tahun dan inflasi mulai terlihat lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Yen Jepang, yang sensitif terhadap imbal hasil AS karena suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik arus modal dari Jepang, telah jatuh sekitar 2,0 persen dalam lima sesi dan pada 111,57 per dolar tidak jauh dari level terendah sejak Februari 2020.

Euro jatuh ke level terendah satu bulan semalam, dan terakhir dibeli 1,1684 dolar, juga menguji level support penting di sekitar level terendah 2021 di 1,1664 dolar dan terendah November 2020 di 1,1602 dolar.

Seiring dengan nada hawkish The Fed, harga-harga energi melonjak dan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan di China, sekarang berada pada risiko baik dari keruntuhan pengembang China Evergrande dan pemadaman listrik bergilir yang memukul produksi.

“Dibandingkan dengan optimisme yang tidak terbebani pada awal tahun, ini adalah zona senja bagi pasar saat 2021 mendekati akhir,” kata ahli strategi Deutsche Bank dalam catatannya yang meningkatkan perkiraan dolar dan merekomendasikan taruhan terhadap euro.

"Dinamika stagflasi yang terus-menerus - pertumbuhan yang lebih rendah tetapi Fed yang hawkish - menyisakan sedikit ruang untuk tren penurunan dolar," kata mereka.

Sterling mengatasi pukulan khusus semalam karena kekhawatiran atas dampak ekonomi dari kekurangan gas dan perebutan bahan bakar menariknya 1,2 persen lebih rendah terhadap dolar yang lebih kuat, penurunan harian terbesar dalam lebih dari setahun.

Adapun, dolar Australia dan Selandia Baru juga menderita dan kiwi mencapai level terendah satu bulan. Kiwi terakhir di 0,6947 dolar AS dan Aussie di 0,7248 dolar AS.

"Dolar Selandia Baru tetap tertahan di sekitar 0,7000 dolar, karena efek bank sentral yang hawkish diimbangi dengan meningkatnya ekspektasi Fed," kata analis Westpac, Imre Speizer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper