Bisnis.com, JAKARTA — Valuasi murah saham-saham konstituen indeks LQ45 dinilai bakal menjadi pengerek kinerja indeks yang berisi saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan kenaikan kinerja indeks LQ45 baru-baru ini didorong oleh optimisme investor melihat potensi kenaikan kinerja fundamental para emiten.
“Laporan keuangan semester I/2021 yang baik dan kasus Covid-19 terkendali sehingga aktivitas ekonomi perlahan pulih, serta valuasi yang murah memicu sector rotation ke indeks LQ45 yang mayoritas terdiri dari saham bluechip,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (26/9/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, kinerja indeks LQ45 kembali tumbuh positif secara bulanan sebesar 5,28 persen pada Agustus 2021. Kenaikan ini merupakan yang kedua kali sejak Februari 2021, saat indeks LQ45 naik 3,59 persen month-on-month (MoM).
Secara kumulatif sejak awal tahun per Jumat (24/9), indeks LQ45 masih melemah 7,34 persen. Posisi ini underperform dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat 2,77 persen dan indeks IDX SMC Composite yang melesat 17,10 persen.
Lebih lanjut, Rudiyanto menunjukkan saat ini, investor kembali melirik saham-saham berkapitalisasi pasar besar di indeks LQ45 setelah fokus pada saham sektor teknologi.
Baca Juga
Adapun, daya tarik saham teknologi pada masa pandemi karena emiten teknologi diasumsikan memiliki pertumbuhan tinggi serta kebal terhadap pandemi. Hal itu mengikuti tren kinerja saham dan emiten teknologi di negara maju seperti AS dan China.
“Namun, untuk Indonesia masih butuh waktu untuk membuktikan model bisnis teknologi dan digital untuk sukses,” imbuhnya.
Rudiyanto memperkirakan kinerja indeks LQ45 masih akan gemilang hingga akhir tahun, seiring dengan proyeksi IHSG mencapai 6.700 pada akhir 2021. Dia menilai saham-saham perbankan di dalam indeks LQ45 bakal menjadi pendorong utama kenaikan indeks, diikuti saham sektor komoditas dan energi.