Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Logam Industri Merangkak Naik, Target Produksi Emiten Tak Berubah Hingga Akhir 2021

Harga sejumlah logam industri tengah memerah. Namun, secara tahun berjalan harganya bergerak naik.
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam industri tengah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini cukup membuat para emiten logam industri meraup untung dan lebih optimistis pada kinerjanya semester II/2021.

Mengutip data Bloomberg pada perdagangan Rabu (15/9/2021), harga sejumlah logam industri tengah memerah. Namun, secara tahun berjalan harganya bergerak naik.

Harga timah LME misalnya, hari ini bergerak turun 90 poin atau 0,27 persen menjadi US$33.408 per ton. Harganya sudah cukup tinggi dibandingkan pada awal tahun hanya US$20.700 per ton.

Kemudian, harga nikel LME saat ini parkir di US$19.757 per ton, naik 165 poin atau 0,84 persen dibandingkan dengan hari sebelumnya dan melonjak cukup banyak dari harga US$17.000-an per ton pada awal tahun.

Senada, harga aluminium juga mengalami kenaikan sampai 40 persen sampai semester I/2021 dan sempat menembus US$3.000 per ton. Hari ini harganya turun 65,5 poin atau 2,26 persen ke US$2.831 per ton. Padahal, di awal tahun harganya hanya US$1.900-an per ton.

Sementara melihat harga timah yang masih volatile, emiten PT Timah Tbk. bakal mempertahankan target produksinya hingga akhir tahun.

Direktur Keuangan Timah Wibisono mengungkapkan harga timah dalam beberapa pekan ke belakang masih volatil, dan pergerakan harga tidak sesuai fundamental, karena faktor pasokan dan permintaan.

“Kita bisa lihat stock di London dan Shanghai, stocknya turun, tapi kenapa harganya turun? Harusnya dengan stock sedikit harganya naik tapi ternyata tidak berkorelasi. Ini perlu kita cermati,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Perseroan berharap dan punya analisis bahwa harga timah LME masih akan berada di atas US$34.000 per ton sampai akhir 2021 yang akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja keuangan perseroan.

Di semester I/2021, ada beberapa kendala yag berdampak pada jumlah akuisisi bijih timah.Wibisono juga mengungkapkan dengan harga yang masih mungkin kembali terangkat, TINS berharap pada semester II/2021 kinerjanya bisa lebih baik dari semester pertama.

Berkaitan dengan target produksi, TINS juga belum melakukan revisi target dan masih optimistis dengan target 30.000 ton sepanjang 2021.

“Tercermin di kuartal I dan kuartal II tahun ini ada peningkatan walau belum besar. Diharapkan kuartal III dan IV akan terjadi peningkatan lagi sehingga bisa mencapai target,” imbuh Corporate Secretary TINS Abdullah Umar.

Sementara itu, emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. mengatakan juga tidak menambah target produksi di tengah harga nikel yang sedang hijau, lantaran terhambat harga bahan bakar yang sedang memanas.

Direktur Keuangan Vale, Bernardus Irmanto mengatakan bahwa kenaikan harga nikel LME sangat positif untuk kinerja keuangan perusahaan. Namun, disaat yang sama harga minyak dan batu bara juga naik dan memberikan tekanan pada biaya produksi.

“Tetapi secara keseluruhan dampaknya masih positif. Diharapkan harga nikel masih berada dalam level saat ini sehingga kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2021 juga bisa baik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (15/9/2021).

Bernardus menyebutkan rencana produksi tahun ini masih sama dengan yang pernah kami sampaikan sebelumnya, di angka 64.000 ton, dan mengharapkan harga nikel masih bisa di atas US$17.000 per ton.

“Dengan beberapa aktivitas perbaikan di pabrik dan pembangunan kembali Furnace 4, target produksi tersebut jadi target yang make sense,” ujarnya.

Sementara itu, dengan kenaikan harga aluminium, PT Aneka Tambang Tbk. bakal berupaya menggenjot penjualan bauksit dan aluminanya sepanjang sisa tahun ini.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Anton Herdianto menjelaskan perusahaan akan memaksimalkan untuk dapat kontrak yang lebih baik, dari sisi penjualan ada yang bersifat kontrak ekspor dan jangka panjang.

“Mungkin yang export ini bisa menikmati kenaikan harga," ujarnya.

Sementara itu, Anton menjelaskan ekspor bauksit Antam saat ini sangat terbatas karena adanya kebijakan izin ekspor bauksit hanya sampai 2023.

Selain ekspor, Anton menjelaskan saat ini hasil produksi bauksit Antam dijual ke anak perusahaannya yang digunakan untuk mengolah alumina. Hingga semester I/2021, Antam mencatatkan volume produksi bauksit tercatat sebesar 1,09 juta wmt meningkat 36 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Adapun, penjualan bauksit tercatat sebesar 587.000 wmt pada semester I/2021, meningkat 4 persen dibandingkan dengan semester I/2020. Sementara itu, sampai akhir 2021 Antam mengincar penjualan emas di antara 18,5 ton-19 ton, 8,4 juta wet metric ton (wmt) bijih nikel, dan sekitar 25.000 ton nikel dalam feronikel (TNi)

ANTM memang menerapkan target produksi dan penjualan emas, komoditas andalan mereka, secara konservatif. Mereka cuma mematok target produksi 18,5 juta-19 juta ton atau lebih rendah dari rapor 22 juta ton pada tahun lalu.

Meski demikian, produksi maupun penjualan nikel memang akan digenjot habis-habisan. Dalam paparan publik pada pekan lalu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko ANTM Anton Herdianto mengatakan target produksi feronikel ada pada kisaran 25.000 ton. Sementara itu, target bijih nikel mereka patok pada angka 8,4 juta ton. Target tersebut jauh lebih tinggi daripada angka tahun lalu, seiring adanya penambahan kapasitas smelter.

“Apakah produksi akan bisa dua kali lipat, kita lihat saja. Kami memproduksi dengan catatan bahwa market tersedia. Jangan sampai produksi banyak, tetapi nanti enggak bisa jual,” terang Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper