Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik ke level tertinggi enam minggu pada akhir perdagangan Senin (13/9/2021) waktu setempat. Kenaikan dipicu oleh produksi AS yang masih melambat untuk kembali normal setelah Badai Ida menghantam Pesisir Teluk dan kekhawatiran badai lain dapat memengaruhi produksi di Texas pekan ini.
Mengutip Antara, Selasa (14/9/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat 59 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap di US$73,51 per barel, merupakan penutupan tertinggi sejak 30 Juli.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober bertambah 73 sen atau 1,1 persen, menjadi berakhir di US$70,45 per barel, merupakan penutupan tertinggi sejak 3 Agustus.
Kenaikan harga minyak terjadi meskipun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal terakhir 2021 karena Covid-19 varian delta.
“Dampak Badai Ida berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan pasar dan karena beberapa kapasitas produksi minyak masih ditutup minggu ini, harga-harga naik karena pasokan belum dipulihkan dan sehingga tidak mencapai kilang-kilang yang telah memulai kembali operasi lebih cepat daripada para produsen,” kata Analis Pasar Minyak Rystad Energy, Nishant Bhushan.
Gangguan lebih lanjut dari cuaca buruk yang mungkin sudah dekat, dengan Pusat Badai Nasional AS memproyeksikan Badai Tropis Nicholas akan menghantam sepanjang pantai Texas Selatan pada Senin waktu setempat dan mendarat di dekat Corpus Christi malam hari.
Baca Juga
Royal Dutch Shell mulai mengevakuasi staf dari anjungan minyak Teluk Meksiko AS dan perusahaan-perusahaan lain mulai bersiap menghadapi angin topan.
Meskipun OPEC mengatakan pemulihan permintaan minyak lebih lanjut akan tertunda hingga tahun depan ketika konsumsi akan melebihi tingkat prapandemi, analis mencatat OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, masih meningkatkan produksi.
"Meskipun [ada] risiko jangka pendek terhadap prospek permintaan, OPEC+ terus meningkatkan produksinya sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan, sejalan dengan apa yang disepakati pada Juli," kata Craig Erlam, Analis Pasar Senior, Inggris & EMEA di OANDA.
Selain perkiraan permintaan OPEC, faktor bearish lainnya membebani kenaikan harga minyak pada Senin (13/9/2021), termasuk kenaikan produksi minyak serpih AS, potensi peningkatan pasokan dari rencana pelepasan minyak dari cadangan strategis di Amerika Serikat dan China, serta kemungkinan Iran bisa lebih dekat menjual minyak ke dunia lagi.
Produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan meningkat sekitar 66.000 barel per hari pada Oktober 2021 menjadi 8,1 juta barel per hari, tertinggi sejak April 2020, menurut laporan produktivitas pengeboran bulanan Badan Informasi Energi.
Para pedagang mencatat rencana pelepasan minyak dari cadangan strategis China dapat meningkatkan pasokan yang tersedia di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
Pemerintah AS setuju untuk menjual minyak mentah dari cadangan darurat negara itu kepada delapan perusahaan termasuk Exxon Mobil, Chevron dan Valero, di bawah lelang yang dijadwalkan untuk mengumpulkan dana anggaran federal.