Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-siap Sinyal Tapering The Fed, Rekomendasi BBNI, BTPS hingga INCO

Secara keseluruhan 40 persen dari total anggota LQ45 membukukan keuangan di atas ekspektasi, 33 persen sejalan dengan target dan ekspektasi, dan sisanya 28 persen di bawah ekspektasi.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar Indonesia harus bersiap menghadapi sinyal tapering atau pengetatan stimulus dari bank sental Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), meskipun dampaknya diperkirakan tidak akan separah 2013 silam.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan bahwa dampak dari kemungkinan tapering AS tak akan separah pada 2013.

“Hal ini melihat aliran masuk asing ke ekuitas Indonesia dari QE [quantitative easing] saat ini secara signifikan lebih rendah dari QE pascakrisis keuangan pada 2008. Selain itu, kondisi makroekonomi Indonesia sekarang juga sudah lebih baik dari 2013,” jelas Hariyanto pada riset harian, Senin (13/9/2021).

Saat gejolak tapering pada 2013, IHSG mengalami koreksi mandalam selama beberapa bulan karena adanya arus keluar besar-besaran dari asing selama perdebatan mengenai tapering. Namun, ketika The Fed mulai melakukan tapering pada Desember 2013, IHSG mulai pulih.

Saat ini, pembukaan kembali perekonomian melihat kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menurun, seiring dengan penurunan level PPKM di sejumlah daerah di Jawa dan Bali membuat aturan pembatasan aktivitas di sejumlah daerah lebih longgar sehingga aktivitas ekonomi kembali membaik.

Kemudian, pada 10 September 2021 tercatat 42 dari 45 anggota indeks LQ45 mencatat kinerja keuangan yang lebih baik pada kuartal II/2021. Pendapatan bersih secara agregat tercatat tumbuh 2,4 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Secara keseluruhan 40 persen dari total anggota LQ45 membukukan keuangan di atas ekspektasi, 33 persen sejalan dengan target dan ekspektasi, dan sisanya 28 persen di bawah ekspektasi.

Dengan kondisi saat ini, Mirae Asset merekomendasikan saham dari sektor perbankan, properti, tambang batu bara, dan tambang nikel.

Adapun, saham yang menjadi pilihan adalah BBNI, BMRI, BTPS, MAPA, BSDE, ITMG, ANTM dan INCO.

Pada perdagangan Senin (13/9/2021) pukul 12.40 WIB terpantau IHSG masih parkir di zona merah, turun 40 poin atau 0,66 persen di 6.054. Seiring dengan itu, saham pilihan analis BBNI turun 75 poin atau 1,38 perse ke 5.375.

Kemudian, saham BMRI turun 125 poin atau 2,02 persen ke 6.075. Selanjutnya, saham BTPS justru parkir di zona hijau, naik 60 poin atay 1,97 persen ke 3.100. Saham properti milik BSDE tercatat turun 20 poin atau 2,02 persen ke 970.

Saham tambang ITMG hari ini mencatatkan kenaikan signifikan 250 poin atau 1,46 persen ke 17.375. Kemudian saham ANTM memerah 40 poin atau 1,54 persen ke 2.550, dan saham INCO turun 100 poin atau 1,94 persen ke 5.050.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper