Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Strategi Lorena (LRNA) Hadapi Pandemi Covid-19

Perseroan tetap menaruh harapan besar pada industri transportasi darat berpenumpang umum ke depan yang akan memiliki prospek positif dengan adanya penambahan infrastruktur.
Managing Director Commercial Vehicle Mercedes Benz Indonesia Ralf Kraemer (kiri), bersama Managing Director PT Lorena Transport Tbk Dwi Rianta Soerbakti berfoto dengan bis Mercedes Benz 2542 Double Deckers, di Jakarta, Selasa (6/6)./JIBI-Dedi Gunawan
Managing Director Commercial Vehicle Mercedes Benz Indonesia Ralf Kraemer (kiri), bersama Managing Director PT Lorena Transport Tbk Dwi Rianta Soerbakti berfoto dengan bis Mercedes Benz 2542 Double Deckers, di Jakarta, Selasa (6/6)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa transportasi darat PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA) akan fokus pada strategi bertahan dengan memperkuat rute atau trayek jangka pendek di Jabodetabek serta memperkuat lini bisnis rental bus demi meningkatkan kinerja di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Eka Sari Lorena Dwi Rianta Soerbakti mengakui bahwa pandemi yang melanda Indonesia dan dunia sejak Maret 2020 lalu, memang menjadi periode terburuk yang pernah dilalui oleh seluruh dunia usaha, termasuk bisnis transportasi darat.

“Pandemi Covid-19 menghancurkan perekonomian Indonesia. Sebagai akibatnya kinerja Perseroan menurun drastis. Sebab itu, kami akan terus melakukan perubahan strategi operasional dan pemasaran, terutama di masa pandemi,” ujarnya, dikutip Minggu (29/8/2021).

Namun, perseroan tetap menaruh harapan besar pada industri transportasi darat berpenumpang umum ke depan yang akan memiliki prospek positif dengan adanya penambahan infrastruktur.

Perhatian terhadap sektor inipun perlu didukung oleh seluruh komponen masyarakat dan pelaku kepentingan untuk mewujudkan rencana dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang.

Rianta menambahkan sejumlah strategi perseroan di antaranya dengan melakukan efesiensi di segala bidang demi meringankan beban perusahaan. Lorena juga akan menutup jurusan-jurusan yang tidak lagi dianggap menguntungkan.

Di samping itu, Lorena pun akan memperkuat jurusan-jurusan jarak pendek dan bersifat Commuter Line, dalam mendukung peran feeder atau angkutan pengumpan dalam sistem transportasi massal yang dikembangkan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Saat ini di sektor Jabodetabek Residence Connexion (JRC), ada 4 rute feeder yaitu Kota Wisata–Legenda Wisata–Sarinah/Thamrin, Kota Wisata–Legenda Wisata–Ratu Plaza, BSD City–Kota Wisata/ Legenda Wisata, dan BSD City–MRT Fatmawati.

Sedangkan untuk sektor Jabodetabek Airport Connexion (JAC) terdapat 3 rute feeder yaitu Bogor–Halim Perdanakusuma, BSD City–Halim Perdanakusuma, dan Kota Wisata/Legenda Wisata – Halim Perdanakusuma, BSD City–Bandara Soekarno Hatta.

Perseroan juga telah mendapat izin prinsip dari BPTJ untuk rute Bogor/Mall Boxes 123/Royal Tajur/Rancamaya–Bandara Soekarno Hatta BSD City–Bandara Soekarno Hatta, lalu RA Kartini Jakarta Selatan–Soekarno Hatta, dan Telaga Golf Sawangan–Soekarno Hatta.

Rianta mengatakan, strategi lain adalah memperketat rasio jumlah karyawan secara masif, memperkuat sistem e ticketing seiring dengan kemajuan teknologi, dan penjualan berbasis online akan terus berkembang.

Perseroan telah menjalin kerjasama dengan Traveloka, Alfamart Group dan Indomaret untuk pembelian dan pembayaran tiket.

Bagi LRNA, dampak Covid-19 memang masih terasa di kuartal I/2021 atau Maret 2021 setelah Lorena mencatatkan pendapatan sebesar Rp17,08 miliar, dari periode Maret 2020 sebesar Rp20,97 miliar. LRNA membukukan rugi bersih Rp7,12 miliar di kuartal I/2021, jumlah tersebut mampu dipangkas dari rugi bersih di periode yang sama tahun lalu Rp11,46 miliar.

Aset tercatat sebesar Rp262,69 miliar dari Desember 2020 sebesar Rp270,51 miliar. Kewajiban perusahaan sebesar Rp51,66 miliar dan ekuitas Rp211,04 miliar, sehingga rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) masih rendah 0,24 kali.

Tahun lalu, sektor transportasi yang terdampak pandemi membuat pendapatan LRNA berkurang dari Rp124,579 miliar pada 2019 menjadi Rp65,046 miliar pada 2020.

Kondisi itu membuat LRNA alami rugi bersih Rp43,03 miliar pada 2020, dari tahun 2019 rugi bersih Rp6,86 miilar.

Pendapatan segmen AKAP (antarkota antarprovinsi) sebesar Rp 55,746 miliar di 2020, dari 2019 sebesar Rp110,542 miliar. Pendapatan ini menyumbang 85,70% dari total pendapatan.

Tahun lalu, seluruh jenis layanan yaitu segmen AKAP, segmen AKAP Jarak Pendek trayek Jakarta-BogorTangerang-Jakarta, serta segmen bus angkutan bandara terpengaruh drastis disebabkan turunnya demand masyarakat dan ketatnya aturan PSBB akibat Covid-19 dari Pemerintah.

Di sisi lain, ada tambahan pendapatan dari segmen AKAP Jarak Pendek trayek Jakarta-Bogor-Tangerang-Jakarta sebesar Rp2,885 miliar. Meski porsinya baru 4,43 persen dari total pendapatan, Perseroan meyakini pada waktunya akan meningkat signifikan.

Untuk pendapatan dari segmen shuttle bus yang melayani angkutan umum internal di kawasan BSD City tercatat Rp4,808 miliar menyumbang 7,39 persen dari total pendapatan.

Adapun, pendapatan dari segmen bus angkutan bandara yang melayani rute Bandara Halim Perdana Kusuma dan Bandara Soekarno Hatta tercatat Rp1,606 miliar menyumbang 2,46 persen dari pendapatan konsolidasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper