Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten sektor perkebunan diperkirakan bakal terus membaik ditopang oleh peningkatan harga dan pelonggaran kebijakan global.
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia mengatakan saat ini India telah memutuskan untuk menurunkan pungutan impor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi 10 persen dari sebelumnya 15 persen pada periode Juli hingga September.
“Kami melihat hal ini dilakukan untuk meningkatkan persediaan CPO India karena rasio pajak dan retribusi terhadap rasio harga menyempit menjadi 30 persen dari 35 persen sebelum polis,” katanya dalam riset dikutip Selasa (17/8/2021).
Catherina menambahkan pemerintah India juga memberikan izin untuk RBD palm olein impor yang dilarang 18 bulan lalu. Penyebabnya karena harga minyak nabati domestik yang lebih tinggi.
Sebagai informasi India adalah salah satu importir terbesar dengan 8,7 juta ton pada tahun lalu serta konsumen CPO terbesar setelah Indonesia. Oleh sebab itu, dia yakin ketika India pulih dari pandemi, permintaan CPO secara alami akan meningkat, sehingga impor lebih tinggi.
“Harga CPO akan berada di kisaran 3.500 ringgit Malaysia hingga 3.800 ringgit Malaysia per metrik ton karena peningkatan ekspor tampaknya hanya sementara dalam periode kuartal III/2021 sesuai dengan kebijakan India. Selanjutnya, kami memperkirakan bahwa harga rata-rata untuk tahun ini akan tetap pada 3.500 ringgit Malaysia per ton,” jelasnya.
Baca Juga
Catherine merekomendasikan dua emiten pada sektor kelapa sawit. Yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). Target harga untuk AALI adalah Rp14.350 sedangkan untuk DSNG Rp960.
Sementara itu, tim riset JP Morgan merekomendasikan AALI sebagai pilihan utama sektor perkebunan dengan target harga Rp15.000. Menurut mereka pendapatan AALI pada paruh pertama masih sesuai dengan ekspektasi.
“AALI kini diperdagangkan di bawah harga semestinya sehingga kami mempertahankan peringkat overweight kami. Kami melihat AALI akan mendapat manfaat dari harga CPO yang lebih tinggi pada semester kedua karena sensitivitas harga CPO yang lebih besar dibandingkan dengan kompetitor,” tulis tim riset.