Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki semester kedua tahun ini, harga crude palm oil (CPO) kian mendidih, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pun menjadi andalan sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Catherine Vincentina mengatakan kebijakan pemerintah menghapus pungutan bea ekspor dari US$750 per ton menjadi US$1.000 per ton akan mendorong kinerja emiten sawit. Selain itu, jumlah maksimum retribusi menciut dari US$255 menjadi US$175.
"Dengan pungutan baru ini, produsen CPO dapat memperoleh keuntungan dari margin yang lebih tinggi sebagai bagian pajak dan retribusi terhadap harga
menurun," sebutnya dalam riset yang dikutip pada Minggu (15/8/2021).
Menurutnya rasio pajak dan retribusi terhadap harga turun menjadi 26 persen dari yang sebelumnya 36 persen. Dia menyematkan status overweight pada sektor perkebunan.
"Kami masih percaya bahwa harga CPO masih bisa meningkat seiring dengan meningkatnya tuntutan pada negara-negara yang pulih," katanya.
Selain itu, Catherine merekomendasikan tiga emiten pada sektor kelapa sawit. Yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).
Baca Juga
Target harga untuk AALI adalah Rp14.350 sedangkan untuk DSNG Rp960.
Prospek kami tetap overweight untuk sektor perkebunan karena kedua perusahaan dapat menjadi bagian dari rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan. Selain itu, AALI juga merupakan perusahaan yang paling diuntungkan dari kebijakan pungutan baru.
Sementara itu, Analis Sinarmas Sekuritas Adrianto Saputra juga menjagokan AALI dengan target harga Rp11.900 per saham. Menurutnya sampai dengan semester I/2021 produksi tandan buah segar (TBS) perseroan mencapai 1,1 juta ton.
"Kami percaya produksi TBS akan meningkat paruh kedua tahun ini. Kami mempertahankan asumsi produksi AALI TBS/CPO sebesar 4,6 juta ton/1,5 juta ton sampai akhir tahun," tulisnya dalam riset.
Dari hasil produksi tersebut, Adrianto memperkirakan anak usaha Grup Astra itu akan memperoleh pendapatan Rp21,71 triliun. Sementara itu, laba bersih dipatok mencapai Rp1,45 triliun.