Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melambung pada akhir perdagangan Kamis (29/7/2021), karena investor menyambut komentar Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell, setelah pertemuan kebijakan yang menyatakan bahwa bank sentral tidak mungkin menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, melesat 31,2 poin atau 1,73 persen ke level US$1.835,8 per troy ounce. Ini adalah penutupan tertinggi untuk emas sejak 16 Juni dan persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 6 Mei.
Sementara itu, emas berjangka untuk pengiriman Agustus ditutup menguat 1,8 persen ke level US$1,831,2 per troy ounce.
Powell mengatakan pasar kerja AS masih memiliki "beberapa alasan untuk dibahas" sebelum tiba saatnya untuk menarik kembali dukungan bank sentral terhadap ekonomi.
"Anda akan melihat inflasi memanas bergerak maju, karena Fed lebih fokus pada lapangan kerja dan tidak akan melawan mereka dalam waktu dekat, dan itu adalah lingkungan yang positif untuk logam mulia," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, dikutip Antara, Jumat (30/7/2021).
"Ini bukan reli tipe flash-in-the-pan (sesuatu yang tiba-tiba), tetapi yang lebih berkelanjutan karena tidak ada yang menghalangi emas," katanya lagi.
Baca Juga
Memperkuat pandangan Powell, data menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan 6,5 persen di kuartal terakhir, di bawah perkiraan kenaikan 8,5 persen oleh para ekonom dalam sebuah jajak pendapat.
Suku bunga AS yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Menambah dukungan emas, indeks dolar tergelincir ke level terendah satu bulan.
"Meningkatnya ketidakpastian kebijakan moneter, inflasi, dan meningkatnya risiko volatilitas pasar ekuitas akan mendukung permintaan aset-aset safe-haven," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.
Jajak pendapat menunjukkan, harga emas rata-rata akan sedikit di atas level mereka saat ini di US$1.830 per troy ounce untuk sisa tahun ini, sebelum turun pada 2022.