Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Bursa kembali memasukkan saham emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Pasific Tbk. (BRPT) ke dalam jajaran Indeks LQ45.
Selain Barito, di jajaran Indeks LQ45, BEI juga memasukan PT Timah Tbk. (TINS). Keduanya menggantikan saham PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) dan PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).
Emiten petrokimia berkode saham BRPT itu harus keluar dari jajaran anggota Indeks LQ45 pada 2020. Perseroan didepak bersama dengan emiten Keluarga Riady, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dan emiten BUMN karya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), dalam evaluasi mayor yang diumumkan 27 Juli 2020.
Dalam setahun terakhir, saham BRPT mencetak imbal hasil negatif dengan terkoreksi 24,36 persen ke level Rp885 hingga akhir sesi pertama Selasa (27/7/2021). Sepanjang periode itu, level support di Rp635 dan resistance Rp1.310.
Kendati demikian, saham BRPT langsung tancap gas setelah BEI mengumumkan hasil evaluasi mayor terbaru pada Senin (26/7/2021). Harga langsung naik 15 poin ke level Rp820 saat sesi pembukaan Selasa (27/7/2021). Sampai dengan akhir sesi pertama, saham BRPT telah menguat 9,94 persen ke level Rp885. Investor asing memborong dengan net buy atau beli bersih Rp18,14 miliar.
Barito Pacific juga berpeluang kembali masuk ke dalam jajaran 10 besar saham berkapitalisasi pasar terbesar di BEI seiring dengan prospek pemulihan kinerja. Harga minyak mentah bakal menjadi salah satu bahan bakar.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Harga batu bara yang masih mencatatkan tren kenaikan diperkirakan turut mendongkrak permintaan alat berat untuk sektor pertambangan. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi emiten Tanah Air sektor tersebut untuk mendongkrak kinerja di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum menentu.
Emiten anak usaha Grup Astra misalnya, PT United Tractor Tbk. (UNTR) diproyeksikan analis akan menerima manfaat dari tren kenaikan harga batu bara.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA) berhasil menjadi buah bibir para investor setelah harga sahamnya melonjak pada Selasa (27/7/2021) pagi.
Saham emiten induk klub sepak bola Bali United tersebut meroket 24,85 persen ke level Rp412 saat pembukaan perdagangan pagi ini. Pada penutupan perdagangan sesi I di hari yang sama, harga saham BOLA masih bertahan di level Rp412.
Namun, belum jelasnya kompetisi resmi sepak bola di Tanah Air, membuat tim Bali United harus mengalami penantian tanpa kepastian.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Saham perusahaan agregator voucer diskon PT Trimegah Karya Pratama Tbk. (UVCR) melejit, seiring dengan hal itu, Ultra Voucher juga kebanjiran permintaan dari investor alias oversubscribed.
Adapun, bergerak di layanan agregator voucer, UVCR mengklaim telah memberikan layanan kepada lebih dari 400 merchant daring dan fisik serta 40.000 outlet atau perusahaan fisik. Beberapa di antaranya termasuk jasa voucher di layanan daring seperti Gojek dan GoFood, GrabFood, Indomart, Family Mart, Tokopedia, hingga Shopee.
Berita selengkapnya, baca di sini.
Pada medio Maret 2021, saham PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) sempat melambung hingga sekitar 170 persen ke posisi tertinggi setidaknya selama 5 tahun terakhir. Namun, rekor itu kini sudah menjadi masa lalu lantaran bank swasta tersebut telah menyentuh level baru setelah menguat 2,22 persen dari perdagangan hari sebelumnya.
Di sisi lain, pada Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo yang juga dikenal sebagai investor saham, rupanya mencuitkan pendapatnya mengenai saham BGTG.
Melalui akun Twitter resminya, Senin (26/7), Kaesang memaparkan beberapa hal mengenai Bank Ganesha. Termasuk, bahwa bank yang masuk dalam kategori BUKU II itu merupakan bagian dari Gajah Tunggal Group dan berencana berubah menjadi bank digital.
Berita selengkapnya, baca di sini.