Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Senin (19/7/2021) waktu Amerika Serikat (AS) memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut terseret oleh menguatnya dolar AS.
Mengutip Antara, Selasa (20/7/2021), penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ke level terendah sejak Februari setidaknya bisa menahan kemerosotan emas lebih lanjut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, merosot US$5,8 atau 0,32 persen, menjadi ditutup pada US$1.809,20 per ounce. Akhir pekan lalu, Jumat (16/7/2021), emas berjangka juga jatuh US$14 atau 0,77 persen menjadi US$1.815
Emas berjangka menguat US$4,0 atau 0,22 persen menjadi US$1.829 pada Kamis (15/7/2021), setelah melonjak US$15,1 atau 0,83 persen menjadi US$1.825 pada Rabu (14/7/2021), dan terangkat US$4,0 atau 0,22 persen menjadi US$1.809,90 pada Selasa (13/7/2021).
"Emas terjebak dalam tarik ulur antara kenaikan dolar yang membebani logam mulia dan penurunan selera risiko, yang mendukung harganya," kata Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan. Hal tersebut membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dan melawan penurunan tajam dalam hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan.
Baca Juga
Jeffrey Christian, Managing Partner di CPM Group, juga mengaitkan penurunan emas baru-baru ini dengan pelemahan musiman dalam permintaan investasi dan perhiasan.
"Banyak investor melihat emas dan mengatakan emas melonjak ke rekor tertinggi pada awal Agustus tahun lalu dan belum mendekati kembali ke level tertinggi sejak itu, jadi ada apa yang kami sebut stale bull liquidation (penjualan posisi jangka panjang karena kecewa ketika harga tidak sesuai dengan harapannya)."
Emas mungkin telah dipromosikan secara berlebihan sebagai lindung nilai inflasi baru-baru ini, menurut analis pasar.
Sentimen di pasar yang lebih berisiko dihancurkan oleh ketakutan investor atas lonjakan tanpa henti dalam kasus virus corona, yang memaksa banyak negara Asia untuk memberlakukan penguncian, dan meningkatnya tekanan inflasi.
Mencerminkan sentimen, kepemilikan exchange traded fund (ETF) yang didukung emas, SPDR Gold Trust New York turun ke level terendah dua bulan pada Jumat (16/7/2021).
"Stagflasi bisa menjadi elemen yang sangat menarik jika kita terus melihat pertumbuhan ekonomi yang melambat ditambah dengan beberapa ketakutan inflasi," kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 65,1 sen atau 2,52 persen, menjadi ditutup pada US$25,144 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$37,1 atau 3,35 persen menjadi ditutup pada US$1,071,40 per ounce.