Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Belum Usai, Analis Beri Rekomendasi Hold Saham Unilever (UNVR)

Produk-produk UNVR tengah menghadapi penurunan pangsa pasar karena persaingan ketat dengan brand yang ditawarkan secara daring.
The Vegetarian Butcher. /Unilever Food Solutions (UFS)
The Vegetarian Butcher. /Unilever Food Solutions (UFS)

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah analis memberikan rekomendasi tahan (hold) untuk saham emiten barang konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk. Pasalnya, pandemi yang tak berujung serta perubahan perilaku konsumen bakal menjadi batu sandungan bagi kinerja emiten dengan kode saham UNVR tersebut.

Analis menilai emiten dengan kode saham UNVR tersebut menjadi salah satu yang paling dirugikan dengan kehadiran platform penjualan daring yang banyak menawarkan produk dengan merek tertentu. Belum lagi, persaingan dari sisi permintaan juga mendapat tantangan dari pelemahan daya beli masyarakat di era pandemi.

Analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Benny Kurniawan menjelaskan produk-produk UNVR tengah menghadapi penurunan pangsa pasar karena persaingan ketat dengan brand yang ditawarkan secara daring.

“Produk UNVR dapat terganggu oleh brand baru yang menggunakan iklan maupun penawaran daring untuk penjualannya,” tulis Benny dalam riset yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Selasa (20/7/2021).

Dalam riset yang sama, Tim Riset J.P. Morgan untuk kawasan Asia Pasifik memaparkan penetrasi e-commerce akan terus berlanjut di kawasan Asia Tenggara. Hal itu terlihat dari pertumbuhan platform daring dengan total pasar yang dapat diraih (Total Adressable Market/TAM) sekitar US$200 miliar.

Tren tersebut dibuktikan oleh kenaikan unduhan aplikasi Shopee, Lazada, dan Tokopedia menjadi sekitar 265 juta kali sejak awal 2020. Jumlah toko yang terdaftar di dalam platform tersebut juga meningkat sekitar 80 persen.

Adapun, salah satu cara yang pasti harus dilakukan adalah mengadopsi strategi omnichanel lewat peluncuran laman resmi untuk menjual produk. Selain itu, perusahaan barang konsumer juga dapat mengeratkan kemitraan dengan platform daring yang sudah tersedia.

J.P. Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi netral untuk UNVR karena risiko disrupsi tersebut dengan target harga Rp5.100.

Senada, Analis Samuel Sekuritas Nashrullah Putra juga lebih konservatif melihat kinerja UNVR tahun ini. Proyeksi laba Unilever dipangkas menjadi Rp7,2 triliun pada 2021, dari proyeksi sebelumnya Rp7,5 triliun.

“[Kami] lebih konservatif terhadap risiko ketatnya kompetisi yang akan sedikit menghambat pertumbuhan top-line dan risiko kenaikan harga bahan baku dari meningkatnya harga soft commodity, yang akan menaikkan input cost dan menekan marjin,” tulis Nashrullah dalam riset.

Adapun, realisasi kinerja UNVR pada kuartal I/2021 juga semakin meyakinkan keputusan Samuel Sekuritas melakukan revisi turun tersebut. UNVR dinilai belum memberikan tanda-tanda pemulihan kinerja pada awal tahun ini karena pemulihan ekonomi terpantau sedikit melambat.

Daya beli masyarakat juga belum kembali ke level sebelum pandemi dan persaingan ketat di sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG) menyebabkan penjualan perseroan koreksi 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp10,2 triliun.

Samuel Sekuritas juga memberikan rekomendasi hold untuk UNVR dengan target harga Rp5.900.

Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menambahkan tantangan yang masih membayangi penjualan UNVR juga berasal dari divisi rumah dan perawatan tubuh (home and personal care/HPC).

Mimi mencatat pelemahan penjualan Unilever pada periode tiga bulan pertama tahun ini lebih ditekan oleh performa divisi HPC yang belum bergairah. Penjualan HPC khususnya produk perawatan kulit dan pembersih wajah ternyata banyak ditinggalkan oleh masyarakat selama masa pandemi ini.

“Dengan pandemi Covid-19 yang terus berlangsung dan kasus baru terus menanjak sejak libur Idul Fitri, kami menurunkan proyeksi penjualan HPC dari UNVR,” tulis Mimi dalam riset.

Mimi merevisi turun rekomendasi saham UNVR menjadi hold dari sebelumnya beli dengan target harga yang juga lebih rendah Rp5.650.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper