Bisnis.com, JAKARTA - Emiten barang konsumen PT Unilever Indonesia Tbk. melakukan sejumlah transformasi baik secara internal maupun eksternal dalam menghadapi tantangan di masa pandemi.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti menjelaskan bahwa Covid-19 telah memaksa setiap perusahaan untuk menyesuaikan cara menjalankan bisnis.
Dalam hal bisnis fast moving consumer goods (FMCG) yang dijalankan Unilever, Ira menunjukkan pandemi menyebabkan gangguan besar-besaran mulai dari sisi penawaran, operasional, hingga penawaran.
“Disrupsi paling besar yang dihadapi Unilever adalah dari sisi permintaan karena daya beli sangat melemah selama pandemi sampai sekarang,” kata Ira dalam June 2021 IEP Virtual Launch oleh Bank Dunia, Kamis (17/6/2021).
Menurutnya, disrupsi yang terjadi di sisi permintaan pada akhirnya mengubah perilaku konsumen.
Analisis yang dilakukan oleh Grup Unilever selama puluhan tahun beroperasi pun menunjukkan bahwa pola perilaku konsumen di setiap kategori ternyata tidak berlanjut dan justru berubah ke arah yang berbeda.
Baca Juga
Ira menegaskan kemampuan mengadaptasi teknologi digital dan memperkuat posisi di e-commerce merupakan kunci untuk menghadapi tantangan terbaru dari pandemi ini.
Di dalam internalnya, emiten dengan kode saham UNVR ini tengah melakukan transformasi proses internal untuk menjawab perubahan perilaku konsumen.
“Di masa pandemi ini, secara internal kami mempersingkat proses kerja, mempercepat proses pengambilan keputusan, dan meningkatkan akurasi data. [Untuk itu] kami mengenalkan divisi integrated operation,” ujar Ira.
Sementara dari sisi eksternal, UNVR mengambil peluang terjadinya pola Covid Kuning. Ira menjelaskan Covid Kuning merupakan frasa yang digunakan untuk kenormalan baru seperti tren memasak di rumah, pengiriman ke rumah, hiburan di rumah, bekerja dari rumah, dan lainnya.
Dengan demikian, Unilever Indonesia pun meningkatkan kehadirannya di platform e-commerce yang tak hanya untuk melayani pelanggan namun juga peritel mitra.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2021, UNVR membukukan penurunan penjualan bersih sebesar 7,80 persen menjadi Rp10,28 triliun dibandingkan Rp11,15 triliun pada kuartal I/2020.
Selanjutnya laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) turun 7,67 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp2,48 triliun dari sebelumnya Rp2,69 triliun.
Laba UNVR pun terkontraksi 8,83 persen yoy menjadi Rp1,69 triliun pada akhir kuartal I/2021 dari Rp1,86 triliun pada kuartal I/2020.