Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhirnya Garuda (GIAA) Rilis Lapkeu 2020, Liabilitas Membengkak Jadi Rp179,5 Triliun

Total liabilitas Garuda Indonesia (GIAA) membengkak menjadi US$12,73 miliar pada 2020, naik 228,75 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar US$3,87 miliar.
Garuda Indonesia/istimewa
Garuda Indonesia/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) akhirnya merilis laporan keuangan tahun penuh 2020. Perseroan mengalami kerugian hingga US$2,4 miliar dan pendapatan anjlok lebih dari 50 persen.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020 yang dikutip Minggu (18/7/2021), emiten bersandi GIAA ini mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$1,49 miliar turun 67,36 persen dibandingkan dengan 2019 yang mencapai US$4,57 miliar.

Penurunan pendapatan terutama pada lini bisnis penerbangan berjadwal dari US$3,77 miliar menjadi hanya US$1,2 miliar.

Pendapatan lini bisnis penerbangan tidak berjadwal pun turun menjadi US$77,24 juta dari US$249,9 juta dan pendapatan lainnya juga turun menjadi US$214,41 juta dibandingkan dengan 2019 yang sebesar US$549,33 juta.

Di sisi lain, beban usaha perseroan tetap tinggi dengan total US$3,3 miliar turun dibandingkan dengan 2019 yang sebesar US$4,45 miliar. Sayangnya, penurunan ini tidak dapat menanggulangi anjloknya pendapatan perseroan.

Di sisi lain, beban usaha lainnya meningkat menjadi US$391,56 juta lebih tinggi dari 2019 yang hanya US$19,6 juta.

Dengan demikian, Garuda Indonesia mencatatkan rugi usaha US$2,2 miliar berbanding terbalik dari 2019 yang mencatatkan laba usaha US$95,98 juta.

Adapun, rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih mencapai US$2,44 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rugi bersih pada 2019 yang sebesar US$38,93 juta.

Perseroan pun mencatatkan ekuitas negatif pada 2020 sebesar US$1,94 miliar berbanding terbalik dari 2019 yang ekuitasnya positif US$582,57 juta.

Perubahan menjadi negatif ini akibat meningkatnya saldo defisit sebesar US$1,38 miliar pada 1 Januari 2021 yang telah dieliminasi dalam rangka kuasi reorganisasi dan yang belum dicadangkan meningkat menjadi sebesar US$3,26 miliar dari posisi US$799,66 juta.

Di sisi lain, total liabilitas perseroan juga membengkak menjadi US$12,73 miliar naik 228,75 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar US$3,87 miliar.

Kenaikan tersebut akibat membengkaknya liabilitas jangka panjang menjadi US$8,43 miliar dari posisi US$477,21 juta. Hal ini karena PSAK 71 yang membuat liabilitas sewa membengkak menjadi US$4,49 miliar.

Liabilitas jangka pendek juga meningkat menjadi US$4,29 miliar dari posisi US$3,39 miliar pada 2019. Pembengkakan terjadi pada liabilitas sewa yang naik menjadi US$1,5 miliar dari hanya US$52,53 juta.

Adapun, total aset Garuda tercatat naik menjadi US$10,78 miliar dari posisi US$4,45 miliar pada 2019. Kenaikan terjadi pada aset tidak lancar yang meningkat menjadi US$10,25 miliar dari sebelumnya US$3,32 miliar, terjadi peningkatan pada aset tetap.

Aset lancar perseroan malah menurun menjadi US$536,54 juta dari posisi US$1,33 miliar. Posisi kas dan setara kas pun turun menjadi US$200,97 juta dari posisi US$299,34 juta pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper