Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (16/7/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri lajunya di level Rp14.497 setelah melemah 15 poin atau 0,10 persen dari posisi penutupan kemarin di level Rp14.482. Adapun sepanjang perdagangan mata uang Garuda bergerak pada rentang Rp14.497,50-Rp14.537,00.
Hampir seluruh mata uang Asia lainnya juga melemah, kecuali won Korea Selatan yang menguat 0,14 persen. Sementara sisanya ada di zona merah bersama rupiah.
Dolar Taiwan terpantau melemah 0,28 persen, diikuti baht Thailand melemah 0,24 persen, ringgit Malaysia melemah 0,18 persen, yuan China melemah 0,15 persen, dan rupee India melemah 0,12 persen.
Sementara itu, di saat yang sama indeks dolar AS tengah menguat 0,06 poin atau 0,07 persen ke level 92.68.
Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz mengatakan sentimen utama pelemahan rupiah masih dari eksternal yakni terkait ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang akan terjadi lebih cepat dan naik dua kali di 2023.
Baca Juga
“Apalagi realisasi inflasi US terakhir juga berada di atas konsensus pasar dan mendukung ekspektasi pasar terhadap pemulihan US yang lebih cepat,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/7/2021).
Sementara itu, dari sisi internal Faiz menyebut tekanan masih seputar kenaikan kasus harian Covid-19 di dalam negeri yang membuat proyeksi pertumbuhan tahun ini bisa lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sehingga membuat rupiah sulit bangkit.
Untuk pekan depan, Faiz memandang tekanan rupiah masih akan ada seiring kasus aktif yang masih terus naik. Di sisi lain, pasar akan melihat sikap dari Bank Indonesia terkait proyeksi pertumbuhan yang baru dari rapat Dewan Gubernur BI pekan depan.
“All in all, kami melihat pergerakan rupiah rata-rata di satu bulan ini sekitar Rp14.487—Rp14.550 karena masih ada topangan dari likuiditas dolar AS yang melimpah akibat surplus neraca dagang kita di 1 semester kemarin yang 2 kali lipat lebih besar dari tahun lalu,” pungkasnya.