Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepemilikan Sukuk Individu Naik, Sri Mulyani 'Happy' Investor Kian Ramai

Kemenkeu mencatat kepemilikan investor individu terhadap SBSN per Juni 2021 meningkat dari awalnya sebesar Rp22,27 triliun menjadi Rp46,48 triliun pada Juni 2021.
 Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa kenaikan jumlah investor sukuk di Indonesia membuat dirinya senang. Bahkan, dia menyambut baik jumlah investor yang terus meningkat.

“Saya sangat mengapresiasi jumlah investor yang terus meningkat, dan apabila dilihat dari per kategori investor, maka terlihat adanya peningkatan yang cukup membesarkan hati,” kata Sri pada International Conference The Future of Islamic Capital Market: Opportunities, Challenges and Way Forward yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) secara virtual, Kamis (15/7/2021).

Menurut Sri Mulyani, peningkatan jumlah investor di Indonesia salah satunya bisa dilihat melalui kepemilikan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk. Meski kepemilikan sukuk yang diperdagangkan masih didominasi oleh perbankan, namun kepemilikan atas investor individu turut mengalami peningkatan.

Bendahara negara tersebut mencatat kepemilikan investor individu terhadap SBSN per Juni 2021 meningkat dari awalnya sebesar Rp22,27 triliun menjadi Rp46,48 triliun pada Juni 2021.

“Fenomena ini menunjukkan bahwa basis investor di tanah air kita terutama kelompok milenial, dan bahkan juga para ibu-ibu rumah tangga yang semakin memiliki kesadaran dan literasi keuangan, menjadi basis investor yang makin tumbuh dan bisa makin meningkatkan pendalaman pasar kita,” jelasnya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan pengembangan pasar modal harus terus dilakukan melalui penawaran dan permintaan produk pasar modal syariah.

Hal tersebut, kata Sri Mulyani, akan memberikan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat yang ingin melakukan diversifikasi atas instrumen yang dimiliki, serta perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan dana investasi.

Adapun, pengembangan pasar modal syariah agar dapat lebih terarah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Roadmap Pasar Modal Syariah 2020-2024.

Meski begitu, Sri Mulyani yang juga merupakan Sekretaris KNEKS menyampaikan pengembangan pasar modal syariah masih memiliki sejumlah tantangan yang dihadapi. Pertama, masih rendahnya tingkat literasi keuangan.

Survei Otoritas Sektor Keuangan 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 8,93 persen, meskipun Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas Muslim.

Kedua, jumlah penerbitan instrumen sukuk yang masih minim oleh sektor korporasi. Sri Mulyani menilai korporasi masih perlu untuk mendiversifikasi sumber pendanaan investasinya.

“Ini tantangan yang serius karena perusahaan untuk bisa menerbitkan instrumen sukuk atau obligasi tentu perlu membenahi tata kelola dan profitabilitas dari perusahaannya. Kita juga perlu untuk terus mendiversifikasi penerbitan sukuk korporasi dengan menerbitkan fitur-fitur yang makin menarik, sehingga minat investor baik di dalam dan luar negeri dapat terwadahi,” pesan Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper