Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sedikit menguat pada akhir perdagangan Rabu di Asia, ditopang dari spekulasi bahwa Federal Reserve tidak mungkin merespons dengan pengetatan moneter segera setelah inflasi AS mencatat kenaikan terbesar dalam 13 tahun bulan lalu.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$4,0 atau 0,22 persen, menjadi ditutup pada US$1.809,90 per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (12/7/2021), emas berjangka jatuh US$4,7 atau 0,26 persen menjadi US$1.805,90.
Emas berjangka melonjak US$10,40 atau 0,58 persen menjadi US$1.810,60 pada Jumat (9/7/2021), setelah melemah US$1,9 atau 0,11 persen menjadi US$1.800,20 pada Kamis (8/7/2021), dan bertambah US$7,90 atau 0,44 persen menjadi US$1.802,10 pada Rabu (7/7/2021).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (13/7/2021) bahwa indeks harga konsumen (IHK), ukuran inflasi yang diawasi ketat, meningkat sebesar 0,9 persen pada Juni, melebihi perkiraan kenaikan 0,5 persen oleh para ekonom.
Angka tersebut juga merupakan peningkatan terbesar sejak 2008. Sementara itu, kenaikan inflasi tahunan mencapai sebesar 5,4 persen pada Juni. Tetapi para analis mengatakan data itu tidak mungkin memicu respons pengetatan kebijakan moneter yang cepat dari The Fed, memberikan beberapa dukungan untuk emas.
“Ini akan membutuhkan serangkaian angka yang lebih panas tentang pembacaan inflasi untuk menggerakkan jarum The Fed. Pembacaan satu bulan tidak akan berhasil," kata Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals. Dia juga menambahkan bahwa The Fed juga akan mempertimbangkan data ketenagakerjaan dan pertumbuhan.
Baca Juga
Namun, pasar sekarang akan mengamati kesaksian Ketua Fed Jerome Powell di depan Kongres pada Rabu waktu setempat dan Kamis (15/7/2021) untuk petunjuk tentang prospek kebijakan moneter bank sentral.
"Dengan biaya transportasi yang juga naik dan harga minyak yang tetap tinggi, ada risiko inflasi bisa tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan Fed," kata Analis ThinkMarkets Fawad Razaqzada.
“Jika tren inflasi saat ini terus berlanjut, maka pasti bank sentral harus bereaksi dan lebih cepat,” tambahnya.
Indeks dolar yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama saingannya menguat 0,5 persen, mengurangi daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menahan kenaikan emas lebih lanjut.
Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan kekhawatiran atas meningkatnya kasus varian Delta Covid-19 juga mendukung emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 9,9 sen atau 0,38 persen, menjadi ditutup pada US$26,14 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$11,8 atau 1,05 persen, menjadi ditutup pada US$1.111,20 per ounce.