Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Melonjak, Wall Street Merosot dari Rekor Tertinggi

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,28 persen ke level 34.897,17, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,07 persen ke 4.381,49. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite menguat 0,17 persen ke 14.758,52.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah dari rekor tertingginya pada awal perdagangan Selasa (13/7/2021) setelah Negeri Paman Sam mencatat kenaikan inflasi yang tak terduga pada bulan Juni.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,28 persen ke level 34.897,17, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,07 persen ke 4.381,49. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite menguat 0,17 persen ke 14.758,52.

Saham sektor energi dan keuangan mendorong indeks S&P 500 turun dari level tertingginya sepanjang masa yang dicapai dalam dua sesi perdagangan berturut-turut. Musim pendapatan kuartal kedua sedang berlangsung, dengan PepsiCo Inc. menguat setelah membukukan pertumbuhan penjualan tercepat dalam satu dekade. JPMorgan Chase & Co. dan Goldman Sachs Group Inc. melaporkan kinerja yang variatif.

Data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Selasa (13/7/2021) menunjukkan Indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) melonjak 0,9 persen pada Juni 2021 dari bulan sebelumnya (month-on-month/mom) dan 5,4 persen dari Juni 2020.

Sementara itu, CPI inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi juga naik 0,9 persen mom dan 4,5 persen year-on-year (yoy) dari Juni 2020. Kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak November 1991.

“The Fed akan mengakui bahwa inflasi akan berjalan lebih panas ke depan. Kami juga berurusan dengan pertumbuhan pendapatan pada kuartal kedua dan juga varian delta. Ini akan membuat kenaikan lebih sulit dicapai pada paruh kedua tahun ini,” ungkap kepala investasi ekuitas global Nuveen Saira Malik, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (13/7/2021).

Ekspektasi musim pendapatan yang solid telah mendukung reli saham karena investor menantikan bagaimana bank sentral akan melepaskan stimulus yang mendorong pemulihan dari pandemi.

Namun, tekanan inflasi tetap menjadi perhatian di tengah spekulasi seputar kapan The Fed akan mulai mengurangi program pembelian obligasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper