Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi pelat merah PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menunda rencana menjual vaksin Covid-19 jenis Sinopharm dalam program Vaksinasi Gotong Royong (VGR) individu. Kendati demikian, saham perseroan tetap bergerak ke zona hijau.
Pada penutupan sesi I, harga saham emiten berkode KAEF ini naik 6,03 persen atau 190 poin ke level Rp3.340. Di awal sesi, harga sahamnya sempat melejit ke level 3.670 mengawali kelanjutan isu vaksin gotong royong perseorangan ini.
Sepanjang sesi I, harga sahamnya bergerak di zona hijau pada rentang 3.200--3.670. Dengan volume perdagangan 37,42 juta lembar saham senilai Rp129,5 miliar. Dengan kapitalisasi pasar Rp18,55 triliun.
Jelang penutupan sesi I, harga sahamnya pun melandai seiring adanya informasi penundaan pelaksanaan vaksinasi berbayar bagi perseorangan tersebut.
PT Kimia Farma Tbk. memutuskan untuk menunda program Vaksinasi Gotong Royong (VGR) Individu sampai waktu yang ditentukan kemudian.
Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menjelaskan perseroan memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi pelaksanaan program tersebut karena masih banyak pertanyaan di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga
“Besarnya animo serta banyaknya pertanyaan yang masuk membuat manajemen memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi Vaksinasi Gotong Royong Individu serta pengaturan pendaftaran calon peserta,” kata Ganti dalam keterangan resmi, Senin (12/7/2021).
Adapun, pemberian vaksin untuk individu ini sesuai dengan Permenkes No. 10/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
Aturan tersebut kemudian dilengkapi dengan Permenkes No. 19 Tahun 2021 mengenai program Vaksinasi Gotong Royong yang kemudian diperluas bagi individu/perorangan.
Merespons kebijakan Kementerian Kesehatan tersebut, PT Kimia Farma Tbk. melalui cucu usahanya PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk Vaksinasi Gotong Royong secara individu/perorangan.
Sebelumnya, Ganti mengatakan perseroan mendukung upaya pemerintah untuk memperluas vaksinasi gotong royong tersebut untuk mencapai herd immunity.
Saat ini, program vaksinasi yang sudah berjalan di Indonesia terdiri dari program vaksinasi pemerintah dan program vaksinasi Gotong Royong untuk korporasi. Kedua program tersebut memiliki syarat-syarat tertentu yang mana tidak semua individu dapat mengaksesnya.
“Kalau tercapai herd immunity, kami harapkan juga secara bertahap tentunya nanti akan berdampak pada perekonomian kita ke depan sehingga masyarakat bisa merasa tenang dan nyaman menggerakkan roda ekonomi,” kata Ganti dalam konferensi pers, Minggu (11/7/2021).
Berbeda dengan program vaksinasi dari pemerintah yang menggunakan vaksin jenis SinoVac dan Astrazeneca, program vaksinasi individu ini hanya akan menggunakan vaksin Sinopharm.
Selain itu, perbedaan juga terletak pada biaya vaksinasi. Apabila vaksinasi dari program pemerintah diberikan secara cuma-cuma, vaksinasi individu ini membebankan biaya kepada masing-masing individu yang akan divaksin.
Dalam Permenkes Nomor 19 Tahun 2021 tadi, disebutkan harga vaksin untuk individu ini senilai Rp321.660 per dosis.