Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpukul Pandemi, tapi Indomobil (IMAS) Kena Angin Segar Relaksasi PPnBM

Efek relaksasi pajak PPnBM mobil pada 2021 nilai cukup menjadi angin segar bagi pelaku sektor otomotif, termasuk Indomobil (IMAS).
Model pertama e-Power yang diluncurkan di Indonesia pada September 2020 dibanderol Rp449 juta on the road Jakarta./Nissan
Model pertama e-Power yang diluncurkan di Indonesia pada September 2020 dibanderol Rp449 juta on the road Jakarta./Nissan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) dinilai masih akan mendapatkan angin segar dari relaksasi pajak barang mewah alias PPnBM dari pemerintah. Namun, awan Covid-19 masih menyelimuti.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menerangkan pandemi Covid-19 tahun lalu memang cukup memukul industri otomotif.

Apalagi sejumlah kebijakan pembatasan kegiatan tahun sebelumnya, seperti larangan mudik cukup memiliki andil dalam penurunan permintaan unit kendaraan. Hal ini menyebabkan industri otomotif mencatatkan performa laba yang kurang baik pada tahun lalu.

"Untuk efek relaksasi pajak PPnBM mobil pada 2021 dirasa cukup menjadi angin segar bagi pelaku sektor otomotif, termasuk IMAS," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (1/7/2021).

Adapun relaksasi pajak PPnBM yang 100 persen ini diputuskan oleh pemerintah berlanjut sampai Agustus nanti, dan melanjutkan akan menjadi 50 persen sampai penghujung tahun. Tentu hal ini sangat meningkatkan animo masyarakat untuk menaikan minat beli unit mobil pada tahun ini.

Indomobil tercatat meluncurkan varian mobil terbaru sejalan dengan relaksasi PPnBM ini. Dengan kata lain, konsumen bisa mendapatkan varian unit mobil model terbaru dengan diskon PPnBM.

Sayangnya, untuk rekomendasi sahamnya, walau memiliki sentimen relaksasi pajak PPnBM tahun ini, saham sektor otomotif dinilai masih cukup lesu.

"Hal ini terefleksi dari pergerakan saham-saham sektor otomotif baik IMAS dan ASII yang mengalami penurunan dari awal tahun ini," katanya.

Dengan demikian, relaksasi PPnBM ini belum cukup untuk menaikan minat investor untuk membeli sahamnya. Terlebih lagi perkembangan kasus covid-19 yang bertambah buruk, dan juga daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya atau lebih memilih dananya untuk disimpan terlebih dahulu terutama di masa ini.

"Terlebih lagi jika relaksasi pajak PPnBM hanya sisa satu semester lagi," katanya.

Dia merekomendasikan wait and see terhadap saham IMAS. Harga saham IMAS pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (1/7/2021) turun 25 poin atau 2,76 persen ke level 880. Adapun, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp3,51 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper