Bisnis.com, JAKARTA – PT Bakrie & brothers Tbk (BNBR) akan meningkatkan pengembangan proyek-proyek energi baru terbarukan/EBT (renewable energy). Anggaran belanja modal sebesar Rp75 miliar telah disiapkan pada tahun 2021 untuk pengembangan sektor tersebut
Presiden Direktur BNBR Anindya Novyan Bakrie menjelaskan, peralihan fokus perusahaan di sektor sustainable energy merupakan salah satu upaya perseroan memasuki bisnis masa depan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Demi mengakselerasi pertumbuhan, BNBR menerapkan strategi “buy, build, partner” yang memberikan opsi pengembangan usaha melalui kemitraan strategis dengan pihak ketiga, selain opsi pengembangan secara mandiri dan opsi pengembangan usaha yang bersifat anorganik
Ia memaparkan, melalui anak usaha BNBR, PT Bakrie Power, pihaknya telah menyepakati kerja sama dengan PT PLN (Persero) dalam proyek pengadaan dan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid di Desa Parak, Bontomanai, Selayar, Sulawesi Selatan.
Penandatanganan kerjasama tersebut dilakukan bersama-sama dengan mitra kerja PT Dipa Jaya Sejahtera dan PT Syntek Otomasi Indonesia.
“Saat ini dan di masa depan, sumber energi yang ramah lingkungan semakin menjadi prioritas. Pemerintah pusat pun telah menargetkan bauran energi nasional sebesar 23 persen dari sumber EBT pada tahun 2025. Kami di Bakrie Group menyadari pentingnya membantu pemerintah untuk dapat mengakselerasi pencapaian target bauran energi ini,” jelasnya dalam konferensi pers perusahaan, Jumat (25/6/2021).
Baca Juga
Adapun, PLTS Hybrid tersebut direncanakan akan memiliki kapasitas sebesar 1,3 Mega Watt peak, dan ditargetkan mulai beroperasi secara resmi pada Desember 2021. Pembangkit listrik ramah lingkungan ini akan menjadi sumber listrik tambahan bagi Pembangkit Listrik tenaga Diesel (PLTD) eksisting dengan total kapasitas terpasang 13 MW.
Ia mengatakan, proyek-proyek dibawah PT Bakrie Power dikerjakan oleh PT Helio Synar Energi yang merupakan perusahaan joint venture antara Bakrie Power dan Syntek Energy & Control, Selain Selayar, dua jenis proyek EBT berikutnya yang akan dikerjakan adalah adalah de-dieselisasi (de-dieselization) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap atau C&I Rooftop PV.
“Ukuran pasar pada sektor de-dieselisasi ini cukup besar, yakni sebesar US$2 miliar. Untuk PLTS Atap juga cukup potensial karena memiliki nilai sebesar US$650 juta,” tutur Anindya.
Ia mengakui, nilai investasi awal yang disiapkan BNBR dalam sektor EBT belum terlalu besar. Meski demikian, Anindya mengatakan pihaknya mengutamakan penguasaan teknologi yang tepat dan menjadi pelopor dalam pengembangan pembangkit energi terbarukan jenis hybrid di Indonesia.
Sementara itu, CEO Helio Synar Energi Ronald Sinaga menambahkan, jumlah anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) yang disiapkan untuk pengembangan proyek-proyek energi terbarukan tahun ini adalah sekitar Rp75 miliar.
“Sebagian dananya akan digunakan untuk proyek di Selayar, sisanya untuk aktivitas terkait kerja sama dengan rantai pasokan EBT,” jelasnya.
Ronald mengatakan, pihaknya tengah melakukan studi kelayakan pada beberapa wilayah di Indonesia Timur untuk mengembangkan pembangkit listrik ramah lingkungan. Perusahaan tengah mencari daerah-daerah dengan tingkat elektrifikasi yang belum sebaik kota-kota besar seperti Jakarta.