Bisnis.com, JAKARTA - Emas diperdagangkan menuju penurunan mingguan terbesar, setelah presiden Federal Reserve regional mengatakan inflasi yang tinggi dapat membuat bank sentral AS memperketat kebijakan moneternya tahun depan.
Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan mungkin tepat bagi The Fed untuk mulai menaikkan suku bunga tahun depan mengingat perkiraan inflasi di atas target 2 persen bank sentral AS.
Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan emas tanpa bunga sebagai aset alternatif. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik ke level tertinggi lebih dari dua bulan setelah komentar Bullard, menekan permintaan untuk emas batangan dalam denominasi greenback.
Emas menuju kerugian mingguan terbesar dalam 15 bulan, terbebani oleh kekhawatiran atas kebijakan moneter yang lebih ketat. Namun, Ketua Fed Jerome Powell telah memperingatkan bahwa diskusi tentang menaikkan suku bunga “sangat prematur.” Bank sentral juga memberi sinyal bahwa ancaman kenaikan harga tidak terkendali yang dipicu oleh pembacaan inflasi yang terus-menerus lebih tinggi dari perkiraan.
"Ekspektasi inflasi yang tidak mengancam, dengan The Fed tidak mau atau tidak mampu menenangkan keadaan emas akan berjuang untuk kembali ke pasar bullish," ahli strategi dari Macquarie Group Ltd seperti dikutip Bloomberg Sabtu (19/6/2021).
Menurut analis Commerzbank AG, Carsten Fritsch, bank mengharapkan emas meluncur ke US$ 1.600 per ounce pada akhir tahun. Setelah menembus beberapa level teknis utama hanya dalam dua hari, harga mungkin akan berjuang untuk melakukan pemulihan cepat.
Baca Juga
Spot gold naik kurang dari 0,1 persen menjadi US$1.774,04 per ounce di New York. Harga turun 5,5 persen minggu ini, terbesar sejak Maret 2020.
Kontrak berjangka untuk pengiriman Agustus di Comex turun 0,3 persen menjadi menetap di US$1.769. Spot silver sedikit berubah, sementara platinum dan paladium tergelincir. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,3 persen untuk memperpanjang kenaikan minggu ini menjadi sekitar 2 persen.