Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mulai memberlakukan metode perhitungan free float yang akan berefek terhadap pembobotan ulang indeks yang ada di pasar modal dalam beberapa tahap, termasuk saham-saham dengan kapitalisasi besar alias big caps.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menyebutkan akan ada tekanan jual dalam jangka pendek untuk saham-saham big caps yang memiliki free float kecil karena bobotnya akan berkurang.
Kendati demikian, Budi menyebutkan bahwa tekanan tersebut akan berlangsung dalam jangka pendek.
“Saham-saham big caps yang free float-nya kecil akan dikurangi bobotnya dalam portofolio investor institusi sehingga akan ada tekanan jual dalam jangka pendek,” ujar Budi saat dihubungi Bisnis, dikutip Minggu (13/6/2021).
Senada dengan Budi, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengungkapkan menjelang implementasi metode free float, saham-saham big caps dengan komposisi publik yang kecil diperkirakan bobotnya akan turun.
Dia mencontohkan saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dengan kapitalisasi pasar 140,16 triliun dengan kepemilikan saham publik sebanyak 7,5 persen diperkirakan akan turun bobotnya sekitar 1,6 persen.
Baca Juga
Di mana sebelum free float memiliki bobot 2,1 persen, yang akan berubah menjadi 0,5 persen. Oleh karena itu saham tersebut akan mengalami tekanan jual atau selling presuare.
“Menjelang implementasi adopsi pertama kali metode free float, saham-saham big caps dengan komposisi publik yang kecil seperti HMSP yang diperkirakan akan turun bobot nya,” ujarnya.