Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kabel PT Kabelindo Murni Tbk. membukukan penurunan penjualan dan laba bersih di tahun 2020.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020 emiten berkode saham KBLM tersebut membukukan penurunan penjualan hingga 23,09 persen pada 2020 yaitu sebesar Rp883,82 miliar. Sementara pada tahun sebelumnya 2019 emiten tersebut mencatatkan penjualan sebanyak Rp1,15 triliun.
Pada acara public expose yang dilaksanakan pada Rabu (9/6/2021), manajemen menyebutkan total produksi kabel emiten pada 2020 berasal dari tembaga sebanyak 4.958 metrik ton dan aluminium sebanyak 582 metrik ton.
Penurunan penjualan tersebut juga berdampak pada total laba bersih tahun berjalan perseroan yang merosot hingga 83,02 persen menjadi Rp6,56 miliar, dibandingkan pada tahun sebelumnya yang membukukan laba sebanyak Rp38,08 miliar.
Tren penurunan penjualan dan laba bersih pun pada tahun 2019 sudah mulai dirasakan jika dibandingkan dengan tahun 2018. Pada 2018, emiten berkode saham KBLM tersebut membukukan laba yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp40,67 miliar. Sedangkan untuk penjualan, perseroan meraup Rp1,24 triliun.
Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang mengganggu aktivitas operasional dan penurunan pendapatan perseroan, seperti yang disampaikan dalam laporan keuangan.
Manajemen mengungkapkan pembatasan dan pengurangan aktivitas operasi terutama proyek-proyek yang terkait dengan produk perseroan, telah menyebabkan turunnya permintaan akan produk emiten kabel tersebut.
“Sebagai akibatnya, entitas telah mengurangi kapasitas produksinya karena menurunnya permintaan tersebut, yang mengakibatkan pendapatan penjualan kabel Entitas mengalami penurunan secara signifikan,” tulis manajemen dalam laporan keuangan KBLM dikutip pada Rabu (9/6/2021).
Direktur Kabelindo Murni Andika Saputra Wongkar mengungkapkan tahun ini perseroan menargetkan peningkatan penjualan sebesar Rp1,5 triliun, begitu juga dengan laba bersih yang ditargetkan mencapai Rp57 miliar.
Andika mengungkapkan perseroan optimis mencapai target tersebut karena melihat perkiraan perekonomian dunia yang akan tumbuh 5,0 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dengan perkiraan 4,8 persen hingga 5,8 persen pada 2021.