Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah menyentuh level tertinggi dua tahun ini, di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dan para produsen OPEC mempertahankan pembatasan pasokan tak berubah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus menetap di level US$71,49 per barel, atau turun 40 sen, setelah sempat mencapai US$72,27 per barel, tertinggi sejak Mei 2019.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli kehilangan 39 sen menjadi menetap di US$69,23 per barel, setelah menyentuh US$70 per barel untuk pertama kalinya sejak Oktober 2018.
Harga turun dari tertinggi di awal sesi, dan para analis mengutip tekanan dari data China yang menunjukkan impor minyak mentah turun ke level terendah satu tahun pada Mei. "Itu menghilangkan beberapa antusiasme di pasar minyak yang dilihat telah bullish," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, di Chicago.
Investor mungkin telah menjual beberapa kontrak untuk mengambil keuntungan ketika WTI mencapai angka US$70 per barel, kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates. "Terlepas dari itu, harga tertinggi baru menunjukkan keberlanjutan pergerakan bullish ini dengan beberapa nilai yang lebih tinggi kemungkinan terbentang di depan," kata Ritterbusch.
Minyak mentah telah meningkat selama dua minggu, dengan Brent melonjak 38% tahun ini dan WTI melambung 43%, dibantu oleh pemulihan baru-baru ini dari gangguan permintaan terkait pandemi dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.
Kelompok produsen yang dikenal sebagai OPEC+ telah mendorong harga minyak dengan tetap menahan pembatasan pasokan hingga Juli. Pada Senin (7/6), Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan OPEC+ memperkirakan persediaan akan turun lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Analis memperkirakan harga minyak akan tetap naik, dengan kemunduran singkat, karena meningkatnya permintaan global menyusul keputusan Amerika Serikat dan Eropa untuk melonggarkan pembatasan Covid-19, sementara India telah mulai melonggarkan penguncian terbarunya.
"Dengan beberapa perbaikan dalam situasi pandemi di India dan pemulihan di AS, China, dan Eropa tetap berada di jalurnya, minyak akan tetap dibeli saat turun," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA.