Bisnis.com, JAKARTA - Tambang nikel milik PT Harum Energy Tbk., ditargetkan beroperasi secara komersial pada paruh kedua 2022.
Untuk diketahui, perseroan memiliki tambang nikel melalui entitas usaha PT Tanito Harum Nickel (THN) di PT Position. Adapun, PT Position memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk komoditas nikel di Weda Bay dengan total konsesi 4.000 hektare.
Kepemilikan itu pun setelah perseroan melakukan pembelian saham terhadap PT Position sebanyak 24.287 saham dari Aquila Nickel Pte Ltd. atau setara 51 persen dengan harga jual beli US$80 juta pada akhir Januari 2021.
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara mengatakan bahwa hingga saat ini tambang nikel perseroan masih dalam tahap pra operasional.
“Rencana produksi secara komersial pada semester II/2022,” ujar Ray saat paparan publik secara virtual, Selasa (8/6/2021).
Selain itu, emiten berkode saham HRUM itu juga tengah menantikan penyelesaian smelter nikel yang dimiliki perseroan melalui PT THN di PT Infei Metal Industry (IMI).
Baca Juga
PT THN memiliki 24,5 persen saham PT IMI setelah membeli 259.603 saham IMI dengan harga jual beli US$68,6 juta pada medio Februari 2021.
Ray menjelaskan bahwa smelter itu sudah dalam tahap konstruksi sejak akhir 2020 dan ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada kuartal I/2022.
Nantinya, smelter itu akan memproses bijih nikel yang ditambang dari PT Position lebih lanjut untuk menjadi Nickel Pig Iron atau NPI.
Dia memproyeksikan smelter tersebut akan berkontribusi penuh bagi keuangan perseroan pada 2023 dan diharapkan dengan prospek harga nikel dunia yang naik sehingga dapat mendorong lini bisnis nikel sebanding dengan kontribusi bisnis batu bara saat itu.