Bisnis.com, JAKARTA—Emiten infrastruktur menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrasctucture Tbk. (TBIG) mencetak pendapaan Rp1,42 triliun untuk tiga bulan pertama 2021.
Realisasi tersebut meningkat 12,77 persen dari pendapatan perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu secara EBITDA emiten bersandi TBIG ini membukukan EBITDA sebesar Rp1,23 triliun untuk kuartal I/2021.
"Jika triwulan pertama ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA perseroan mencapai Rp5,68 triliun dan Rp4,95 triliun,” demikian tertulis dalam publikasi perseroan, Selasa (8/6/2021)
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan pada kuartal pertama tahun ini perseroan melaporkan kuartal yang kuat untuk pertumbuhan organik, dengan penambahan 811 penyewaan kotor yang terdiri dari 252 sites telekomunikasi dan 559 kolokasi.
Adapun pertumbuhan pesanan kolokasi yang berkelanjutan telah menghasilkan rasio kolokasi tertinggi hingga saat ini sebesar 1,98 kali.
"Bisnis kami terus berlanjut untuk menunjukkan ketahanannya dengan pertumbuhan organik yang kuat di saat kami melalui pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung,” ujarnya.
Baca Juga
TBIG memiliki 32.612 penyewaan dan 16.501 sites telekomunikasi per 31 Maret 2021. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 16.390 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 32.501.
Per 31 Maret 2021, total pinjaman kotor perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp26,83 triliun dan total pinjaman senior sebesar Rp11,57 triliun.
CFO Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menjelaskan, total pinjaman kotor dan total pinjaman senior pada kuartal I/2021 meningkat karena penarikan pinjaman bank untuk mendanai pembelian 3.000 aset menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). Pinjaman ditempatkan sebagai saldo kas menunggu penyelesaian transaksi ini pada awal April 2021.
"Kami mendanai harga pembelian aset senilai Rp 3,97 triliun atau setara dengan US$ 280 juta dengan menggunakan dana internal dan menggunakan fasilitas bank yang ada pada akhir Maret 2021. Pendapatan dan EBITDA tambahan dari akuisisi ini akan dimasukkan ke dalam keuangan kami pada kuartal II/2021,” tuturnya.
Mengacu pada saldo kas yang mencapai Rp5,11 triliun maka total pinjaman bersih menjadi Rp21,72 trilun dan total pinjaman senior bersih perseroan menjadi Rp6,46 triliun.
Kemudian, menggunakan EBITDA kuartal pertama 2021 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,3 kali dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,4 kali atau mengalami penurunan dari 4,8 kali pada tahun lalu.
Lebih lanjut, Helmy menuturkan pada kuartal pertama 2021, TBIG berhasil memperpanjang rata-rata jangka waktu dan profil jatuh tempo utang perseroan. Selain itu, perseroan juga menerbitkan obligasi dolar AS dengan peringkat layak investasi serta beberapa obligasi rupiah dan menyelesaikan pembiayaan kembali pinjaman dolar AS.
“Kami telah melihat pengurangan biaya pembiayaan menyeluruh kami dan kami terus melakukan lindung nilai atas seluruh pinjaman kami dengan instrumen lindung nilai yang sesuai dengan jatuh temponya,” pungkas Helmy.