Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah terpantau stagnan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis (27/5/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.335 per dolar AS, tidak berubah dari posisi Selasa (25/5/2021) kemarin.
Sebelumnya, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen ke level Rp14.287,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,07 poin atau 0,09 persen ke level 89,965.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya memaparkan, salah satu katalis penguatan rupiah adalah optimisme terkait pemulihan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi diprediksi akan terus membaik dan Indonesia akan keluar dari zona resesi. Angka perkiraan menurut para analis di 1-2 persen sedangkan pemerintah mewacanakan pertumbuhan ekonomi di 7-8 persen.
Sinyal pemulihan ekonomi juga ditunjukkan dengan kembalinya tingkat kepercayaan masyarakat ke level optimis pada angka 101,5. Angka ini jauh melampaui periode awal pandemi sejalan dengan tren mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan secara konsisten sejak April.
Baca Juga
Selain itu, indeks penjualan retail menunjukkan keberlanjutan pemulihan konsumsi masyarakat pada Maret dan April 2021. Hal ini secara umum ditopang oleh peningkatan konsumsi pada seluruh kelompok.
Penjualan mobil ritel tercatat membukukan pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 227,6 persen secara year on year (yoy) dan 2,5 persen secara month on month (mtm).
"Ini dikatakan mengindikasikan perbaikan tingkat konsumsi kelas menengah," jelasnya.
Sementara itu, dari luar negeri, hubungan AS-China menjadi perhatian investor saat Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dan Wakil Perdana Menteri China Liu He melakukan percakapan telepon pertama. Percakapan tersebut merupakan satu dari sedikit pertemuan tingkat atas antara kedua negara sejak Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari 2021.
Di sisi lain, meski bank sentral AS, The Fed bersikeras akan mempertahankan kebijakan dovishnya saat ini, beberapa pejabatnya telah mengisyaratkan untuk membahas perubahan kebijakan lebih cepat dari yang diharapkan.
Vice Chairman for Supervision The Fed, Randal Quarles mengatakan pembahasan pengurangan pembelian aset-aset yang dilakukan The Fed akan menjadi penting mengingat pemulihan ekonomi yang mulai berjalan.