Bisnis.com, JAKARTA – HSBC Holdings Plc tidak memiliki rencana untuk meluncurkan platform perdagangan atau melakukan penjualan aset kripto kepada nasabahnya.
Berdasarkan laporan dari Bloomberg, Selasa (25/5/2021), CEO HSBC Noel Quinn menyebutkan, pihaknya tidak akan memperjualbelikan aset kripto seperti Bitcoin mengingat volatilitasnya yang sangat tinggi.
Quinn juga mengatakan, Bitcoin tidak dipromosikan oleh sektor bisnis wealth management bank asal China tersebut.
Sejauh ini, HSBC masih memandang perkembangan aset kripto seperti Bitcoin secara konsevatif. Eks CEO HSBC John Flint pada 2018 lalu juga telah mengemukakan rasa skeptisnya terhadap prospek aset kripto.
Sementara itu, Chief Financial Officer HSBC Ewen Stevenson pada Februari lalu telah menyatakan kewaspadaannya terhadap Bitcoin. Meski demikian, ia menyatakan pihaknya masih membuka kemungkinan untuk membuka pelayanan aset-aset digital, terutama yang terkait langsung dengan bank sentral.
Langkah HSBC sejalan dengan kebijakan bank sentral China People’s Bank of China (PBOC) yang menekankan mata uang digital tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Baca Juga
Sebelumnya, berdasarkan akun resmi WeChat PBOC, mata uang virtual tidak seharusnya dan tidak dapat digunakan pada pasar karena bukan mata uang yang riil. PBOC juga tidak memperbolehkan lembaga pembayaran dan finansial untuk mematok harga pelayanan menggunakan aset virtual.
Adapun, China telah melarang penggunaan mata uang virtual dalam kegiatan perdagangan sejak 2017 lalu. Sebelum larangan tersebut, China merupakan rumah bagi 90 persen dari perdagangan dan penambangan aset-aset kripto.
Negeri Panda tersebut juga telah mengeluarkan aset digitalnya sendiri yang dinamakan yuan digital. Penerbitan uang virtual ini dilakukan untuk menggantikan uang kertas dan mengendalikan industri pembayaran yang didominasi oleh perusahaan teknologi yang tidak diregulasi seperti perbankan.