Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas turun setelah Federal Reserve (The Fed) mengatakan ekonomi Amerika Serikat sedang menuju pemulihan meskipun masih menghadapi risiko. Di satu sisi pelaku pasar masih mengkhawatirkan inflasi.
Menurut pejabat The Fed, situasi ekonomi membaik, kendati begitu terlalu dini untuk membahas pengurangan dukungan kebijakan moneter. "Prospeknya cerah, tetapi risiko tetap ada," kata Gubernur Lael Brainard seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/5/2021).
Dia menambahkan bahwa penting untuk tetap fokus pada pencapaian tujuan Fed untuk lapangan kerja maksimum dan inflasi.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester dan James Bullard dari St. Louis menyuarakan pandangan yang sama, mengenai apakah tekanan harga akan cukup kuat untuk memaksa Fed memperketat kebijakan lebih cepat dari yang disarankan.
Harga emas naik ke level tertinggi dalam tiga bulan awal pekan ini setelah sebuah laporan menunjukkan perlambatan mengejutkan dalam pertumbuhan pekerjaan AS, mendukung kasus berlanjutnya stimulus ekonomi dan suku bunga rendah. Namun, rebound dalam imbal hasil Treasury 10-tahun membebani permintaan.
"Kenaikan berkelanjutan dalam imbal hasil 10 tahun dan kekhawatiran inflasi yang memicu risiko penurunan lebih awal dari perkiraan adalah katalis potensial untuk tekanan turun harga emas," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG Asia Pte.
Baca Juga
Spot emas turun 0,5 persen menjadi US$ 1,828,68 per ounce pada 12:17 p.m. di Singapura. Harga mencapai US$ 1,845.51 pada hari Senin, tertinggi sejak 11 Februari. Perak dan platinum turun, sementara paladium naik. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,3 persen, meskipun tetap mendekati level terendah sejak awal Januari.