Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global terpapar aksi ambil untung setelah reli 4 sesi beruntun. Namun demikian, masih ada peluang harga batu kuning kembali menanjak.
Pada perdagangan Rabu (12/5/2021) pukul 09.39 WIB, harga emas spot koreksi 0,45 persen menjadi US$1.829,21 per troy ounce. Harga emas Comex kontrak Juni 2021 turun 0,31 persen menuju US$1.830,4 per troy ounce.
Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan harga emas bergerak lebih rendah pada pembukaan perdagangan hari Rabu (12/5/2021) karena aksi ambil keuntungan investor di tengah sentimen kebijakan suku bunga rendah dari The Fed serta lonjakan kasus covid-19 di sejumlah negara.
"Selama harga tidak mampu menembus level support di 1818, harga emas berpeluang masih dibeli menargetkan level resisten 1847," papar Monex, Rabu (12/5/2021).
Namun, bila harga mampu menembus level support tersebut maka harga emas berpeluang dijual menargetkan level support selanjutnya 1813.
Resisten : 1837 - 1841 - 1847
Support : 1823 - 1818 - 1813
Baca Juga
Sebelumnya, analis menyebutkan harga emas dunia siap menembus level tertingginya yaitu US$2.075 per troy ounce pada akhir tahun ini.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resminya memperkirakan level tertinggi harga emas akan tercapai pada kuartal III/2021 atau awal kuartal terakhir tahun ini.
“Harga emas dunia siap tembus di level tertingginya US$2.075. Guna untuk mencapai level harga tertinggi maka harga emas dunia harus menyentuh level resisten US$1.850 per troy ounce kemudian level US$1.877 per troy ounce,” jelas Ibrahim, Senin (10/5/2021).
Walaupun harga emas yang lesu dalam beberapa bulan kebelakang, tetapi belum pernah menyentuh level terendahnya yaitu US$1.600 per troy ounce, sehingga berpotensi menyentuh level tertingginya.
Proyeksi kenaikan harga tersebut merupakan reaksi dari tekanan inflasi yang meningkat sejak awal tahun. Apalagi setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) bulan April yang mencatat penurunan serapan lapangan kerja yang lebih sedikit dari perkiraan, menimbulkan keraguan atas kekuatan pemulihan ekonomi ungkap Ibrahim.