Bisnis.com, JAKARTA-- Bursa Asia jatuh pada Rabu (12/5/2021)dengan ekuitas berjangka AS setelah penurunan di Wall Street di tengah kekhawatiran inflasi yang lebih cepat dan lonjakan komoditas menguji pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Melansir Bloomberg, saham di Jepang dan Korea Selatan turun, tetapi stabil di Hong Kong dan China. Kontrak AS tergelincir setelah S&P 500 turun untuk hari kedua setelah rekor tertinggi pada hari Jumat.
S&P 500 berjangka turun 0,3 persen pada 10:48 di Tokyo. Indeks S&P 500 turun 0,9 persen. Kontrak Nasdaq 100 kehilangan 0,4 persen. Indeks Topix Jepang merosot 1,1 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,7 persen.
Imbal hasil obligasi stabil dan dolar naik dari sekitar level terendah tahun ini. Investor menunggu laporan inflasi dan penjualan utang pemerintah di AS, kondisi yang dapat memicu aksi jual obligasi lainnya.
Inflasi harga konsumen akan meningkat, dengan perbandingan tahun ke tahun diperkuat oleh guncangan penutupan ekonomi pada tahun 2020.
Imbal hasil obligasi 10 tahun Australia melonjak setelah pemerintah mengeluarkan anggaran belanja besar untuk memacu pemulihan ekonomi negara itu.
Baca Juga
Perdebatan terus berlanjut mengenai apakah tekanan harga akan cukup kuat untuk memaksa Federal Reserve memperketat kebijakan lebih cepat dari yang disarankan.
Pejabat Fed mengatakan ekonomi AS sedang menuju pemulihan tetapi masih menghadapi risiko, dan menegaskan bahwa terlalu dini untuk membahas penarikan kembali dukungan moneter.
"Ini semua tentang ekspektasi inflasi," Priya Misra, kepala strategi suku bunga global TD Securities.
Dia menambahkan bahwa laporan CPI AS memberi sinyal inflasi kemungkinan akan lebih tinggi untuk sementara waktu. "Kemudian kita bisa mendapatkan pergerakan suku bunga yang lebih besar," katanya.
Minyak naik setelah stok AS turun. Pipa terbesar AS masih ditutup setelah serangan siber, yang menyebabkan kekurangan bahan bakar akut di beberapa bagian negara.
Tembaga diperdagangkan mendekati rekor, dan Indeks Spot Komoditas Bloomberg berada di sekitar level tertinggi dalam hampir satu dekade. Pertukaran komoditas di China menaikkan batas perdagangan dan persyaratan margin karena pihak berwenang mencoba meredam harga setelah reli yang membakar komoditas industri.