Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan dibayangi sejumlah katalis negatif dalam jangka pendek, seperti sentimen global, terutama terkait dengan penanganan Covid-19 yang masih mengancam pemulihan ekonomi global.
Tidak hanya itu, dari dalam negeri indeks juga dibayangi sentimen rilis kinerja keuangan 2020 yang cenderung mengalami penurunan meski dikompensasi oleh mulai adanya perbaikan kinerja pada kuartal I/2021.
Namun, analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memperkirakan IHSG akan naik dalam beberapa bulan mendatang kendati Indonesia terkonfirmasi masih dalam periode resesi pada kuartal I/2021.
Hal itu karena investor cenderung melihat ke depan dan mulai memperhitungkan pendapatan perusahaan dan pemulihan ekonomi di kuartal mendatang.
Untuk diketahui, pertumbuhan domestik bruto (PDB) Indonesia turun 0,74 persen year-on-year (yoy) dan 0,96 persen quarter-on-quarter (qoq) pada kuartal I/2021
“Menurut kami, harga komoditas yang kondusif, terutama harga CPO, akan berdampak positif bagi daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam beberapa bulan ke depan. Pulihnya pendapatan perusahaan pada kuartal-kuartal mendatang seharusnya juga menjadi katalisator jangka pendek bagi IHSG,” tulis Hariyanto dikutip dari publikasi risetnya, Minggu (9/5/2021).
Baca Juga
Selain itu, Equity Research BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto mengatakan bahwa pihaknya mempertahankan target IHSG hingga akhir tahun di posisi 6.850 meskipun PDB Indonesia masih negatif pada kuartal I/2021.
“IHSG akan didukung oleh sentimen pemulihan domestik, yang meliputi sektor bank, konstruksi, ritel, otomotif, properti dan kawasan industri. Tidak hanya itu, [IHSG juga didukung] pemulihan ekonomi global melalui harga batu bara dan CPO yang mengalami tren kenaikan,” tulis Helmy dikutip dari publikasi risetnya, Minggu (9/5/2021).