Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Loyo, Tertekan Saham-saham Jumbo

Sepanjang tahun berjalan hingga 23 April 2021, IHSG naik 0,63 persen ytd, sedangkan kinerja reksa dana saham masih terpuruk, yakni -3,63 persen.
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja reksa dana saham sepanjang tahun berjalan masih belum mampu mengungguli kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Sepanjang tahun berjalan hingga 23 April 2021, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mampu mencatatkan kinerja positif meski tipis, yakni 0,63 persen year to date.

Adapun, berdasarkan data Infovesta Utama, dalam periode yang sama kinerja reksa dana saham masih terpuruk yakni -3,63 persen.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada dasarnya kinerja reksa dana saham sejalan dengan IHSG, tapi memang kinerjanya cukup berjarak karena jumlah aset dasarnya terbatas dibanding IHSG.

“Penekan IHSG ini kan rata-rata big caps yang banyak dilepas asing jadi reksa dana sangat terpengaruh karena isinya kebanyakan big caps. Sementara IHSG belakangan banyak tertahan saham menengah,” kata Wawan ketika dihubungi Bisnis, Senin (26/4/2021)

Sebagai gambaran, sepanjang tahun berjalan 2021 indeks LQ45 melemah 4,57 persen. Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 35 saham terkoreksi, sedangkan 12 saham lainnya berhasil menguat. Indeks LQ45 mencerminkan pergerakan saham-saham besar dan likuid. 

Di sisi lain, pelemahan kinerja reksa dana saham juga semakin tertekan seiring penurunan minat investor terhadap reksa dana jenis ini. Tercatat, dalam periode yang sama unit penyertaan reksa dana saham menyusut 1,92 persen.

Menurutnya, kemungkinan besar penurunan ini dikarenakan oleh aksi switching atau perpindahan aset dari reksa dana saham ke instrumen investasi lainnya dan aksi ambil untung alias profit taking.

“Profit taking ini terutama untuk yang masuk setelah April tahun lalu. Wajar kalau profit taking, dananya kemungkinan parkir ke pasar uang karena secara total tidak ada penurunan dana kelolaan,” jelasnya.

Di sisi lain, penambahan pembelian reksa dana saham juga diperkirakan tidak agresif. Wawan menilai penurunan minat investor terhadap reksa dana saham sebagai hal wajar seiring dengan kinerja reksa dana saham yang memang kurang bertenaga.

“Pasar juga masih volatil. Investor jadi tidak terlalu tertarik lagi, jadi takut untuk nambah [kepemilikan] reksa dana saham,” imbuhnya.

Wawan mengatakan kinerja reksa dana saham sangat bergantung kepada sentimen pasar. Adapun sentimen terkuat yang dapat menggerakan minat investor untuk kembali berinvestasi ke dalam jenis reksa dana saham adalah adanya pemulihan ekonomi baik secara lokal maupun global yang didorong oleh meredanya kasus Covid-19.

Sayangnya, saat ini kondisi Covid-19 masih belum mereda dan malah timbul gelombang lanjutan seperti yang terjadi di India sehingga kembali memicu kekhawatiran pelaku pasar dan menekan kinerja IHSG.

Dari dalam negeri, perkembangan pandemi yang masih belum sepenuhnya terkendali dan pembatasan mudik berpotensi menekan kinerja emiten, sehingga IHSG pun diperkirakan masih belum akan bergerak agresif.

Meskipun demikian, dia tetap menyebut ada potensi IHSG untuk rebound paling cepat setelah Idulfitri. Namun dengan catatan, kondisi pandemi serta proses vaksinasi sudah semakin membaik dibandingkan dengan saat ini.
 
“Jadi harapannya baru di Q3 dan Q4, kalau IHSG bisa bangkit, reksa dana saham juga psti mengikuti didorong big caps yang biasanya pulih lebih cepat,” pungkas Wawan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper