Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Saham Syariah Diramal Masih Bisa Mengejar Ketertinggalan di Sisa Tahun Ini

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per penutupan pasar 21 April 2021, sepanjang tahun berjalan ketiga indeks syariah kompak underperform terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
Jakarta Islamic Index. /Bisnis.com
Jakarta Islamic Index. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks syariah sepanjang tahun berjalan masih jauh tertinggal dari indeks harga saham gabungan (IHSG) seiring pelemahan di sejumlah sektor penopang indeks syariah.

Namun, indeks berbasis saham-saham syariah ini disebut masih berpotensi mengejar kinerja indeks konvensional di sisa tahun ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per penutupan pasar 21 April 2021, sepanjang tahun berjalan ketiga indeks syariah kompak underperform terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatatkan kinerja 0,24 persen secara year to date (ytd).

Di antara ketiga indeks syariah yang ada di Bursa, Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) memiliki kinerja paling dekat dengan IHSG yakni -0,30 persen. Indeks JII70 tercatat -5,44 persen, sedangkan indeks JII paling jauh tertinggal dengan kinerja -6,57 persen.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan faktor pembeda utama dari IHSG dengan indeks syariah terletak pada sektor perbankan, khususnya perbankan konvensional.

Seperti diketahui, sektor perbankan masih menjadi penyumbang bobot terbesar bagi IHSG. Di sisi lain, kegiatan usaha bank konvensional tentu membuat saham-sahamnya tidak dapat dimasukkan ke indeks syariah.

“Kinerja pergerakan saham perbankan dapat menentukan apakah indeks syariah akan over atau underperform terhadap benchmark,” kata Anggaraksa, Rabu (21/4/2021).

Selain itu, dia juga melihat besarnya jumlah konstituen pada indeks syariah juga akan mempengaruhi performanya terhadap IHSG, yang mana indeks JII dan JII70 yang hanya beranggotakan 30 dan 70 saham atau kurang dari 10 persen total emiten tercatat.

“Ini menyebabkan performa nya terpaut cukup jauh dari IHSG ketika underperform. Di sisi lain, indeks ISSI yang memiliki lebih dari 400 konstituen, meski performanya juga underperform terhadap IHSG, namun selisihnya tidak terpaut jauh,” tutur Anggaraksa.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan kinerja ketiga indeks syariah tersebut utamanya dipengaruhi oleh komposisi saham yang bercokol di masing-masing indeks.

Dia menuturkan, JII dan JII70 yang memiliki komposisi saham yang hampir sama, cukup tertekan karena rata-rata sahamnya yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar sedang dalam tren menurun.

Salah satunya dari sektor pertambangan yang cukup tertekan dalam, seperti ADRO, BRPT, INCO, MDKA, PTBA dan UNTR. Frankie menilai hal ini menjadi anomali karena harga batu bara tengah dalam tren naik tetapi harga sahamnya bergerak kebalikan.

“Karena dirasa harga batu bara sudah cukup tinggi, apalagi China mendorong peningkatkan pasokan domestiknya untuk menekan laju kenaikan harga batu bara. Jadi harga batu bara naik, namun bisa jadi volumenya penjualannya nantinya tidak turut naik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (21/4/2021).

Kemudian, Frankie menyebut sektor lain yang menekan laju indeks JII dan JII70 datang dari sektor konsumer, seperti ICBP dan UNVR sedang INDF tengah sepi sentimen pendongkrak sejak tahun lalu.

Tak hanya itu, tekanan juga datang dari sektor konstruksi, khususnya untuk indeks JII70 seiring realisasi laporan keuangan yang tak begitu moncer dari sektor ini. Adapun saham sektor konstruksi yang masih koreksi adalah ADHI, PTPP, WEGE, WIKA, WSBP dan WTON.

Sebaliknya, untuk indeks ISSI ini, Frankie menilai kinerja indeks komposit syariah cukup tertolong karena saham yang bernaung pada indeks ini cukup banyak sehingga pergerakannya mengikuti pergerakan IHSG.

Di sisi lain, dia menilai indeks saham syariah ini memiliki ruang untuk naik di tahun ini, apalagi ekonomi mulai pulih dan program vaksinasi sudah berjalan cukup baik. Menurutnya ada kemungkinan emiten yang harga sahamnya sedang turun sebenarnya tidak sejalan dengan kinerja perseroan yang sudah kembali pulih.

Pun, sentimen pendorong akan datang dari data ekonomi Indonesia mendatang serta laporan keuangan kuartal I/2021.

“Dimana sektor yang sedang dalam tren menurun seperti mining, consumer dan media yang dimiliki juga oleh indeks syariah ini bisa saja rebound disisa 8 bulan di tahun ini,” tuturnya.

Frankie juga menyebut sejumlah saham syariah yang dapat dipertimbangkan oleh investor, seperti saham pertambangan yang masih di bawah nilai wajar seperti UNTR dan PTBA karena batubara masih jadi andalan untuk energi.

Kemudian dia juga merekomendasikan saham sektor consumer seperti INDF, ICBP dan UNVR. Namun dia menilai untuk harga saham-saham tersebut saat ini tergolong PAR value, sehingga tetap ada ruang untuk naik tapi untuk investasi jangka menengah panjang.

Sementara itu Anggaraksa mengatakan perkembangan ekonomi syariah dapat membawa dampak positif bagi emiten perbankan syariah seperti BRIS, BTPS, BANK, dan PNBS. Dia pun merekomendasikan trading buy untuk BRIS dengan target harga di 2.510 dan stop loss di 2.240.

Adapun untuk sektor lainnya, pilihan NH Korindo jatuh pada sektor consumer goods dengan top pick ICBP dengan target harga 12.000 dan sektor telekomunikasi dengan top pick TLKM dengan target harga 4.400.


Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper