Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury telah mendekati level psikologis terbarunya. Hal ini akan kembali meningkatkan kepercayaan dan minat investor asing terhadap pasar surat utang Indonesia.
Data dari laman Kementerian Keuangan AS pada Minggu (18/4/2021) mencatat, pergerakan yield US Treasury sepanjang pekan ini menunjukkan pelemahan.
Pada periode 12 April – 16 April, imbal hasil surat utang AS terpantau terus melemah hingga ke titik terendahnya pada 1,56 persen, Kamis (15/4/2021) sebelum naik ke level 1,59 persen keesokan harinya.
Di sisi lain, tingkat yield SUN Indonesia pun menunjukkan tren pergerakan yang positif. Data dari World Government Bonds mencatat, imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun terpantau pada 6,595 persen. Dalam sebulan terakhir, yield SUN Indonesia mengalami penguatan sebesar 23,7 basis poin.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan tren pelemahan imbal hasil US Treasury selama sepekan belakangan terjadi menyusul komitmen bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang akan tetap melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar.
Ramdhan memaparkan pernyataan The Fed terkait kelanjutan pembelian obligasi akan membuat kenaikan yield US Treasury cenderung tertahan. Melandainya yield US Treasury akan berdampak positif bagi pergerakan yield SUN.
“Saat ini pergerakan imbal hasil obligasi AS mulai mendekati level psikologis baru. Hal ini akan membuat investor asing kembali melirik emerging market seperti Indonesia,” jelasnya saat dihubungi pada Minggu (18/4/2021).
Baca Juga : Reksa Dana Pendapatan Tetap Mulai Bangkit |
---|
Dia melanjutkan naiknya minat investor asing untuk kembali pada pasar SUN Indonesia juga mulai terlihat selama beberapa pekan belakangan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan angka penawaran pada lelang SUN 13 April lalu dimana pemerintah berhasil menghimpun penawaran masuk sebesar Rp Rp42,97 triliun.
Jumlah penawaran yang masuk pada pekan lalu mengalami peningkatan dibandingkan dengan lelang sebelumnya, yakni Selasa (31/3/2021) lalu yang hanya Rp33,95 triliun, meskipun masih terbilang rendah dibandingkan lelang-lelang lainnya.
Ramdhan melanjutkan kembalinya minat investor asing ke pasar SUN Indonesia akan memicu penguatan yield. Aliran dana yang masuk ke pasar obligasi, baik dari investor domestik maupun asing, akan meningkatkan tingkat likuiditas SUN Indonesia yang berimbas pada ketahanan pasar terhadap volatilitas.
Selain itu, prospek penguatan yield SUN Indonesia juga ditopang oleh tren suku bunga rendah yang terjadi pada pasar global, termasuk Indonesia. Hal tersebut akan meningkatkan daya tarik surat utang dibandingkan aset investasi lainnya karena cenderung lebih aman.
“Selain itu, tingkat yield yang ditawarkan Indonesia juga sangat menarik untuk investor, terutama yang asing karena memiliki return yang cukup optimal,” lanjutnya.
Dia menambahkan prospek pemulihan ekonomi Indonesia juga akan semakin menambah daya tarik untuk berinvestasi pada obligasi pemerintah. Hal tersebut seiring dengan proses vaksinasi yang terus berlanjut dan diharapkan memperbaiki fundamental ekonomi domestik sehingga berimbas positif terhadap kepercayaan investor.
“Bila kondisi ekonomi domestik dapat dijaga dan level psikologis US Trasury yang baru telah terbentuk, maka imbal hasil SUN Indonesia dapat kembali pada kisaran 6 persen sampai 6,25 persen pada akhir tahun,” pungkas Ramdhan.