Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Ditutup Menguat, Terkerek Data Inflasi dan Yield Obligasi Pemerintah AS

Penguatan dolar pada perdagangan Jumat (9/4/2021) dipengaruhi oleh inflasi AS dan China yang mengangkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS lebih tinggi.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap sejumlah mata uang utama lain mengalami penguatan pada akhir perdagangan Jumat (9/4/2021).

Penguatan tersebut dipengaruhi oleh inflasi AS dan China yang mengangkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS lebih tinggi.

Dilansir Antara, Sabtu (10/4/2021) indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, naik 0,10 persen menjadi 92,163.

"Kami melihat konsolidasi dalam dolar AS yang luas hari ini setelah seminggu mengalami kerugian karena data inflasi dari China dan AS memicu kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali aktif," kata Analis Mata Uang Monex Europe Simon Harvey.

Data pada Jumat (9/4/2021), menunjukkan harga-harga produsen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Maret, menghasilkan kenaikan tahunan terbesar dalam 9,5 tahun, sesuai dengan ekspektasi untuk inflasi yang lebih tinggi saat ekonomi dibuka kembali di tengah lingkungan kesehatan masyarakat yang membaik dan pendanaan pemerintah yang besar.

Inflasi diperkirakan akan memanas tahun ini, didorong oleh permintaan yang terpendam dan karena angka yang lemah pada musim semi lalu keluar dari perhitungan. Harga-harga jatuh di awal pandemi di tengah penutupan wajib bisnis yang tidak penting di banyak negara bagian untuk memperlambat gelombang pertama infeksi Covid-19.

Sebagian besar ekonom dan pejabat Federal Reserve (Fedd) percaya inflasi yang lebih tinggi akan bersifat sementara karena kelesuan pasar tenaga kerja.

Pada Jumat pagi (9/4/2021), data menunjukkan harga-harga produksi pabrik China mengalahkan ekspektasi analis dan naik pada laju tahunan tercepat sejak Juli 2018 pada Maret, tanda terbaru bahwa pemulihan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang mengumpulkan momentum.

Dolar juga terbantu oleh data yang menunjukkan penurunan bulanan kedua berturut-turut dalam produksi industri di Jerman, yang selanjutnya meningkatkan kemungkinan ekonomi terbesar Eropa mengalami kontraksi pada kuartal pertama.

Namun, reli dolar tahun ini tampaknya sudah kehabisan tenaga. Terlepas dari kenaikan pada Jumat (9/4/2021), indeks dolar berada pada kecepatan untuk menyelesaikan minggu ini turun 0,9 persen, penampilan mingguan terburuk tahun ini.

"Saya kira ini mungkin hanya jeda dengan penjualan dolar AS kemungkinan akan berlanjut selama retorika sabar The Fed tetap tidak berubah, terutama di awal siklus inflasi yang diantisipasi," kata Kepala Strategi Pasar Global Axi Stephen Innes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper