Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tuai Berkah Saat Pandemi, Mana Emiten Farmasi yang Paling Cuan?

Pada periode 2021 ini, emiten farmasi masih memiliki sejumlah tantangan guna mempertahankan kinerja baiknya selama pandemi Covid-19 pada 2020.
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten farmasi mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun pandemi Covid-19 tahun 2020. Kinerja ini berlanjut pada 2021 dengan prospek yang baik pada salah satu emiten jamu.

Analis Phillip Sekuritas Helen menerangkan kinerja sejumlah emiten healthcare dan farmasi yang telah merilis laporan keuangan 2020 dan mengalami pertumbuhan didukung oleh beberapa hal.

"Terjadi perubahan kebiasaan konsumen selama pandemi dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga daya tahan tubuh menaikkan permintaan akan produk nutrisi kesehatan, vitamin, ataupun minuman herbal," urainya kepada Bisnis, Minggu (4/4/2021).

Pada periode 2021 ini, emiten farmasi masih memiliki sejumlah tantangan guna mempertahankan kinerja baiknya selama pandemi Covid-19 pada 2020.

Tantangan itu, menurut Helen, akan datang dari bahan baku obat yang kebanyakan masih diimpor dari luar sehingga fluktuasi nilai tukar rupiah akan cukup berdampak terhadap biaya.

"Sementara itu, peluang yang ada antara lain adalah gaya hidup sehat di masyarakat, besarnya jumlah populasi Indonesia, dan peluang dari JKN," paparnya.

Diantara emiten farmasi, Helen merekomendasikan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang merupakan perusahaan jamu terbesar di Indonesia. Produk SIDO dikategorikan ke dalam produk herbal, produk Makanan & Minuman, dan produk farmasi. Produk jamu andalannya antara lain Tolak Angin.

Kontributor utama penjualan SIDO adalah Segmen Jamu yang memberikan kontribusi 66,6 persen dari total penjualan pada tahun 2020. Segmen Makanan dan Minuman memberikan kontribusi 30,15 persen dan Segmen Farmasi memberikan kontribusi 3,25 persen.

Faktor utama yang mendorong pertumbuhan ukuran pasar jamu adalah meningkatnya populasi yang menua, meningkatnya pembeli wanita untuk suplemen makanan, menggunakan produk jamu oleh demografi muda, dan meningkatkan kesadaran konsumen untuk tindakan perawatan kesehatan preventif.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalani pola hidup sehat dan mengonsumsi suplemen kesehatan.

Manfaat Investasi dapat dilihat dari sejumlah alasan yakni SIDO merupakan pemain terkemuka di segmen herbal. SIDO adalah produsen jamu terbesar dan modern di Indonesia. Perusahaan juga menjadi market leader untuk kategori produk jamu / tradisional dengan pangsa pasar sebesar 38,3 persen.

"Ekuitas merek yang kuat membuat SIDO memiliki rangkaian produk yang lengkap dengan ekuitas merek dan kesadaran yang kuat di antara konsumen Indonesia. Produknya, seperti Tolak Angin, merupakan produk jamu nomor satu di Indonesia dengan pangsa pasar 71 persen untuk kategori produk jamu gejala flu," urainya.

Sementara itu, Kuku Bima Energi adalah pelopor minuman energi rasa buah di Indonesia dan juga pemain minuman energi terbesar kedua dengan pangsa pasar 40 persen di kategorinya.

Selain itu, SIDO memiliki jaringan distribusi yang kuat melalui anak usahanya PT Muncul Mekar yang terdiri atas 122 sub-distributor di bidang perdagangan umum dan bekerja sama dengan pedagang eceran modern dan farmasi, serta toko online di Indonesia.

Produk SIDO telah ada di beberapa negara terutama tiga negara fokus ekspor utama yakni Malaysia, Nigeria, dan Filipina. Pada Agustus 2020, SIDO memasuki pasar Arab Saudi dengan mengirimkan ekspor perdananya Tolak Angin Cair, produk andalannya.

Sementara itu, risiko utama masih datang dari fluktuasi harga bahan baku, semakin kuatnya persaingan usaha di sektor jamu, serta risiko rantai pasokan.

"Kami memulai cakupan kami pada SIDO dengan peringkat beli dan target harga Rp875. Target harga kami adalah untuk tahun penuh 2021 dengan P/E Ratio 26,3x," ungkapnya.

Selain SIDO, dia juga menilai emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) masih cukup prospektif untuk dikoleksi mengingat pertumbuhannya yang cukup konsisten. Dengan demikian, Helen merekomendasikan buy untuk KLBF dengan TP di level 1750.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper