Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Tumbuh Selama 2020, Begini Target Kalbe (KLBF) Pada Tahun Ini!

Kondisi Covid-19 masih akan menggelayuti kinerja perseroan pada 2021 ini, sehingga target pertumbuhan pun dipatok secara moderat
Karyawan Kimia Farma di gudang obat. /Kimia Farma
Karyawan Kimia Farma di gudang obat. /Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi produsen obat dan suplemen PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menargetkan pertumbuhan kinerja hingga 6 persen pada 2021 ini sembari tetap mempertahankan kebiasaan bagi-bagi dividen.

Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan kondisi Covid-19 masih akan menggelayuti kinerja perseroan pada 2021 ini, sehingga target pertumbuhan pun dipatok secara moderat.

"Melihat kondisi pandemi Covid-19 yang akan terus berlanjut hingga akhir tahun, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan bersih setahun penuh 2021 sebesar 5-6 persen dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 5-6 persen," jelasnya, Minggu (4/4/2021)

Perseroan mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi. Selain itu, perseroan juga mempertahankan rasio pembagian dividen pada rasio 45-55 persen, dengan tetap memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.

Optimisme perseroan terhadap pertumbuhan mendorong perseroan untuk terus konsisten melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Melalui sinergi ABG (Academics, Business and Government), perseroan terus berkolaborasi untuk menghasilkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (product downstream) dan mampu memberikan kontribusi bagi kinerja bisnis Perseroan.

Di sisi lain, emiten bersandi KLBF ini membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam bentuk usaha patungan, akuisisi, maupun bentuk kerja sama bisnis lainnya.

Kalbe memiliki empat divisi utama yang mengelola portofolio merek yang luas dan kuat; Divisi Obat Resep, Divisi Kesehatan Konsumen yang terdiri dari obat bebas, serta produk minuman suplemen dan siap minum, Divisi Nutrisi, dan Divisi Distribusi & Logistik.

Kalbe saat ini memiliki 41 anak perusahaan dan 15 fasilitas produksi berstandar internasional, mempekerjakan sekitar 16.000 karyawan dan memiliki 76 cabang distribusi dan logistik di seluruh Indonesia.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, Rabu (31/3/2021), emiten bersandi KLBF ini mendapatkan penjualan neto sebesar Rp23,11 triliun meningkat tipis 2,12 persen dari periode 2019 yang sebesar Rp22,63 triliun.

Dari sisi beban pokok penjualan tercatat sedikit peningkatan menjadi sebesar Rp12,86 triliun sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp12,39 triliun.

Beban penjualan sedikit menyusut menjadi Rp5,01 triliun, dengan sedikit peningkatan pada beban umum dan administrasi menjadi sebesar Rp1,39 triliun, serta beban operasi lainnya yang meningkat menjadi Rp156,08 miliar.

Walhasil, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp2,73 triliun naik 9,05 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,5 triliun.

Dengan demikian, laba per lembar saham dasar atau earning per share perseroan pada tahun buku 2020 menjadi sebesar Rp58,31, lebih tinggi dari tahun 2019 yang sebesar Rp53,48.

Sementara itu, total aset perseroan hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp22,56 triliun, meningkat 11,35 persen atau Rp2,3 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp22,26 triliun.

Peningkatan utamanya terjadi pada total aset lancar yang naik menjadi Rp13,07 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp11,22 triliun. Jumlah tersebut terutama sebagai dampak dari peningkatan kas dan setara kas pada periode 2020 menjadi Rp5,2 triliun, sementara saat 2019 posisinya sebesar Rp3,04 triliun.

Adapun, total aset tidak lancarnya meningkat menjadi Rp9,48 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp9,04 triliun. Dengan peningkatan terutama pada aset tetap neto yang menjadi sebesar Rp8,15 triliun dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,66 triliun.

Dari sisi liabilitas, perseroan mendapatkan peningkatan total liabilitas menjadi Rp4,28 triliun naik 20,48 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,55 triliun.

Terjadi peningkatan pada dua kedua pos liabilitas jangka panjang dan jangka pendek.

Liabilitas jangka pendek perseroan meningkat menjadi Rp3,17 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,57 triliun. Peningkatan terjadi utamanya pada pos utang bank jangka pendek, utang lain-lain pihak ketiga, serta utang pajak.

Sementara itu, pos liabilitas jangka panjangnya meningkat menjadi Rp1,11 triliun dari posisi tahun 2019 yang sebesar Rp982 miliar. Peningkatan utamanya terjadi pada pos utak bank, liabilitas sewa, liabilitas pajak tangguhan, neto serta liabilitas imbalan kerja jangka panjang.

Adapun, total ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp18,27 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp16,7 triliun. Peningkatan utamanya terjadi pada pos saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yang menjadi Rp16,62 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp15,13 triliun.

Dari sisi arus kas, posisi kas akhir tahun terjadi peningkatan menjadi Rp5,2 triliun dari perbandingan periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,99 triliun. Adapun, dibandingkan dengan kas awal tahun terjadi kenaikan kas sebesar Rp2,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper